JAKARTA - Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Hari Kamis memperingatkan, produsen senjata dan amunisi agar tidak ikut serta dalam pengiriman senjata ke Israel, mengatakan hal itu dapat membuat mereka terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hukum internasional.
Kelompok yang terdiri dari 30 pakar, termasuk beberapa Pelapor Khusus PBB, mengatakan produsen senjata yang memasok Israel harus menghentikan pengiriman perlengkapan perang mereka, "bahkan jika pengiriman dilakukan berdasarkan lisensi ekspor yang ada".
"Perusahaan-perusahaan ini, dengan mengirimkan senjata, suku cadang, komponen, dan amunisi kepada pasukan Israel, berisiko terlibat dalam pelanggaran serius hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter internasional," kata para pakar dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters 21 Juni.
Tidak ada komentar langsung dari Israel yang telah berulang kali membantah melakukan pelanggaran selama operasi Gaza, mengatakan mereka bertindak untuk membela diri dan memerangi militan Hamas, bukan penduduk Palestina.
Lebih lanjut para ahli PBB mengatakan, risiko bagi perusahaan senjata telah meningkat sejak Mahkamah Internasional memerintahkan Israel bulan lalu untuk menghentikan serangan militernya di Rafah, selatan Jalur Gaza, dalam putusan darurat penting yang diajukan Afrika Selatan, menuduh Israel melakukan genosida.
"Dalam konteks ini, transfer senjata yang berkelanjutan ke Israel dapat dilihat sebagai pemberian bantuan yang disengaja untuk operasi yang melanggar hak asasi manusia internasional, hukum humaniter internasional dan dapat menghasilkan keuntungan dari bantuan tersebut," kata para ahli.
Israel sendiri telah menolak tuduhan genosida tersebut sebagai tuduhan palsu dan sangat menyimpang.
Sementara itu, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan pada Hari Rabu, pasukan Israel mungkin telah berulang kali melanggar hukum perang dan gagal membedakan antara warga sipil dan pejuang dalam konflik Gaza. Israel menolak temuan tersebut sebagai temuan yang cacat.
BACA JUGA:
Diketahui, kelompok militan yang dipimpin Hamas menyerang selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Itu direspons dengan blokade, bombardir dan operasi darat oleh Israel Defense Forces (IDF).
Otoritas kesehatan Gaza pada Hari Kamis mengumumkan, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 37.431 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 85.653 orang, dikutip dari WAFA.