JAKARTA - Israel telah berupaya untuk meminimalisir korban di pihak warga sipil saat melakukan serangan ke Gaza untuk memburu Hamas, sebaliknya menuding kelompok militan Palestina tersebut lebih mementingkan diri sendiri, kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Setiap kematian warga sipil adalah sebuah tragedi. Dan kita tidak boleh mengalaminya, karena kami melakukan segala yang kami bisa untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya, sementara Hamas melakukan segalanya untuk menjaga mereka dari bahaya," kata PM Netanyahu kepada stasiun televisi CBS News, melansir Reuters 17 November.
"Jadi kami mengirimkan selebaran, (kami) menelepon mereka melalui ponsel mereka, dan kami berkata: ‘pergi’. Dan banyak yang telah pergi," sambungnya.
Israel membombardir serta memblokade total Gaza, usai Hamas melakukan serangan terhadap wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 240 lainnya dijadikan sandera.
Sementara belum ada pembaruan jumlah korban di pihak Palestina, kantor media pemerintah di Gaza pada Hari Rabu mengumumkan, jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 11.500, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 wanita.
"Jumlah kematian di kalangan personel medis telah mencapai 200 orang," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram, dikutip dari Anadolu.
Sementara, jumlah orang yang terluka mencapai 29.800 orang, dan sekitar 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
Pernyataan Hari Rabu juga menyebutkan 95 gedung gedung pemerintah dan 255 sekolah telah hancur. Sebanyak 74 masjid hancur total dan 162 rusak sebagian, serta tiga gereja.
BACA JUGA:
PM Netanyahu mengatakan, tujuan kampanye militer Israel adalah untuk menghancurkan Hamas.
"Hal lain yang bisa saya katakan adalah kami akan mencoba menyelesaikan pekerjaan itu dengan korban sipil yang minimal. Itulah yang kami coba lakukan: korban sipil yang minimal. Namun sayangnya, kami tidak berhasil," aku PM Netanyahu.
Mengutip The Times of Israel, PM Netanyahu kembali mengatakan pihaknya tidak ingin menduduki wilayah Gaza, namun menginginkan tanggung jawab militer secara keseluruhan untuk mencegah kembalinya teror di wilayah kantong Palestina tersebut.