Plus Minus PDIP yang Tahu Persis Kekurangan dan Kelebihan Jokowi
Jokowi di antara, Puan Maharani, Megawati Soekarnoputri, Ganjar Pranowo dan Muhammad Prananda Prabowo. (antara)

Bagikan:

JAKARTA - Hubungan Jokowi dan PDI Perjuangan menghalami fluktuasi. Akhir-akhir ini makin kentara setelah Jokowi memberikan dukungan penuh untuk Prabowo yang berpasangan dengan putra sulungnya Gibran Rakabuming. Sementara Ganjar Pranowo yang satu partai denganya hanya mendapat perhatian alakadarnya.

Menurut Dosen Fisip Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar posisi PDIP terhadap Jokowi saat ini posisi ini akan digunaan dalam perspektif apa, ini yang menarik untuk diamati.

"Sebagai partai penyerta dominan dalam pemerintahan koalisi bikinan Joko Widodo selama dua periode, tentulah PDI Perjuangan memiliki banyak hal untuk diwartakan sebagai prestasi membanggakan. Tetapi, sebaliknya, PDI Perjuangan juga memiliki banyak hal lainnya untuk dinarasikan sebagai kegagalan," katanya kepada VOI.

Shohibul Anshori Siregar. (IST)
Shohibul Anshori Siregar. (IST)

Obyektif atau Subyektif

Apakah informasi yang dimiliki PDIP itu akan digunakan secara obyektif, subjektif atau campuran keduanya (objektif-subjektif). Publik masih harus menunggu. "Baik dilakukan secara objektif maupun subjektif, PDI Perjuangan memaksudkannya untuk memberi informasi kepada halayak yang diharapkan berdampak pada penentuan sikap dalam pemilihan presiden 2024, termasuk pemilihan legislatif," katanya.

"Secara umum hal ini boleh disebut menjadi bagian dari upaya peningkatan literasi politik bangsa, meski rakyat akan menikmatinya tak selalu untuk mengambil posisi di antara dua pilihan Ganjar Pranowo-Mahfud atau Prabowo-Gibran," tambahnya.

Kini pemilih yang dulu bersatupadu mendukung pasangan Jokowi -Ma'ruf Amin belum bisa dipastikan apakah akan menyalurkan aspirasinya pada satu paslon. "Meski akan meningkatkan ketegangan di antara kedua pihak itu, namun belum tentu akan mampu menghasilkan sesuatu apa pun yang dapat diidentifikasi sebagai insentif elektoral. Sebab, jangankan mengharapkan calon pemilih yang condong ke Anies-Muhaimin, untuk meyakinkan komunitas yang dulu bersatu untuk Joko Widodo-Ma’aruf di bawah dirijen PDI Perjuangan saja harus dikalkulasi secara cermat," paparnya.

Jelang pilpres dan pileg menurut prediksi Shohibul Anshor akan seru. Soalnya kelemahan dan kelebihan sudah diketahui. "Pertarungan ini seru, karena komunitas tunggal yang terpecah serius pasti saling tahu kekuatan dan kelemahan masing-masing. Tergiur mempreteli sesama dan mengungkap aib sesama, sulit diharapkan untuk optimisme menggantang insentif elektoral,' katanya.

Yang perlu digarusbahawi juga kata dia adalah posisi Jokowi yang memiliki akses kuat pada aparat, tentara dan lembaga yang ada di bawahnya. "Hal lain yang mesti dihitung ialah posisi Jokowi yang memiliki akses kuat ke segala sistim sumber yang jika ia tergoda memobilisasinya untuk menghadapi serangan-serangan dari kubu lawan, dampaknya bisa sungguh dahsyat," tandas Shohibul Anshor.