JAKARTA - Patung Presiden Joko Widodo (Jokowi) direncanakan bakal dibangun di puncak tertinggi Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, setinggi 7,5 meter. Pembangunan patung Jokowi itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp2,5 miliar.
Pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, menilai pembangunan patung Jokowi tersebut hanya buang-buang uang saja. Terlebih, saat ini kondisi ekonomi nasional masih sangat sulit.
"Anggaran sebesar itu tentunya mubazir hanya untuk sebuah patung. Apalagi dalam situasi ekonomi yang masih sulit, membangun patung tentu tindakan tidak tepat," ujar Jamiluddin saat dihubungi VOI, Selasa, 7 November.
"Kalau masyarakat setempat punya dana sebesar itu, lebih baik digunakan untuk perbaikan sarana umum. Termasuk tentunya pelebaran jalan di wilayah tersebut, ini akan lebih bermanfaat bagi masyarakat setempat," sambungnya.
Jokowi, lanjut Jamiluddin, idealnya menolak pembuatan patung dirinya. Sebab, kata dia, patung-patung seperti itu lazim dibuat di zaman kerajaaan atau di negara-negara yang belum demokratis.
Menurut Jamiluddin, patung dibuat untuk mewariskan kehebatan pemimpin kepada generasi berikutnya. Pada era itu, pembuatan patung masih wajar karena merupakan salah satu upaya mewariskan prestasi pemimpin.
"Di era modern ini, prestasi pemimpin sudah dapat didokumentasikan melalui berbagai media komunikasi. Karena itu, tanpa patung, prestasi pemimpin akan dapat direkam untuk diwariskan kepada generasi berikutnya," terang Jamiluddin.
BACA JUGA:
Apabila ingin mewariskan prestasi Jokowi, tambah Jamiluddin, cukup menggunakan media komunikasi modern yang tidak perlu menggunakan dana besar. Mewariskan prestasi presiden melalui patung sudah saatnya ditinggalkan karena sudah ketinggalan zaman.
"Cara itu juga upaya mengkultuskan seseorang. Tentu hal itu tak sesuai dengan paham demokrasi," pungkas Jamiluddin Ritonga.