Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Israel marah, membatalkan pertemuan hingga menyerukan pengunduran diri Antonio Guterres dari jabatannya, usai Sekreteris Jenderal PBB itu mengaitkan serangan Hamas dengan pendudukan yang dilakukan selama puluhan tahun, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Dalam pidatonya, Sekjen PBB mengatakan, serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu tidak terjadi dalam 'ruang hampa', mengaitkannya dengan pendudukan di wilayah Palestina.

"Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa. Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun," kata Sekjen Guterres, dikutip dari CNN 25 Oktober.

"Rakyat Palestina telah melihat tanah mereka terus-menerus dirusak oleh permukiman dan diganggu oleh kekerasan," tambahnya.

Kendati demikian, Ia menggarisbawahi, keluhan rakyat Palestina tidak dapat membenarkan serangan yang dilakukan oleh Hamas. Sebaliknya, serangan itu juga tidak boleh menjadikan warga Palestina dihukum secara kolektif.

Guterres mengatakan, semua pihak yang berkonflik harus "terus berhati-hati dalam melakukan operasi militer untuk menyelamatkan warga sipil" serta "menghormati dan melindungi rumah sakit" hingga menghormati fasilitas PBB yang tidak dapat diganggu.

Ia juga menyebut, serangan intensif Israel terhadap Gaza sangat mengkhawatirkan, seiring dengan terus bertambahnya korban sipil dan kehancuran lingkungan.

Guterres juga mengatakan "pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional terjadi di Gaza, mencontohkan perintah Israel agar lebih dari satu juta orang dievakuasi.

Diketahui, hingga Selasa, jumlah keseluruhan korban tewas di Gaza mencapai 5.791 jiwa, termasuk 2.360 anak-anak, 1.421 wanita dan 295 lansia, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dikutip dari CNN. Kementerian mengatakan ada juga 16.297 laporan cedera dengan berbagai tingkat keparahan dan 1.550 laporan orang hilang, dengan 870 di antaranya adalah anak-anak.

Menanggapi itu, Utusan Israel untuk PBB Gilad Erdan menyebut hal tersebut "mengejutkan" dan menuntut agar Sekjen PBB mengundurkan diri. Sedangkan Menteri Luar Negeri Eli Cohen membatalkan pertemuan dengan Guterres.

"Sekretaris Jenderal PBB, yang menunjukkan pemahamannya terhadap kampanye pembunuhan massal anak-anak, perempuan dan orang tua, tidak cocok untuk memimpin PBB. Saya menyerukan kepadanya untuk segera mengundurkan diri," tulis Erdan di X, mengutip The Times of Israel.

"Tidak ada pembenaran atau gunanya berbicara dengan mereka yang menunjukkan belas kasihan atas kekejaman paling mengerikan yang dilakukan terhadap warga Israel dan orang-orang Yahudi. Tidak ada kata-kata," lanjutnya.

Duta Besar Erdan mengatakan pernyataan tersebut "mengerikan dan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan di wilayah kami."

"Sangat menyedihkan bahwa orang dengan pandangan seperti itu adalah pemimpin sebuah organisasi yang muncul setelah Holocaust. Ini sungguh tak terduga," lanjutnya.

Sementara itu diplomat utama Israel Cohen yang telah melakukan perjalanan ke New York untuk mengambil bagian dalam pertemuan tersebut, menuliskan di X, memutuskan untuk membatalkan pertemuan dengan Guterres.

"Setelah apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober, tidak ada tempat untuk pendekatan yang adil. Hamas perlu dilenyapkan dari muka bumi," tulis Cohen.