Bagikan:

JAKARTA - Putaran kedua pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi yang rusak ke laut dimulai pada Hari Kamis, kata operator pembangkit listrik tersebut meski ada perselisihan dengan Jepang dan Tiongkok.

Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO) mengatakan, pihaknya berencana untuk mengeluarkan sekitar 460 ton air olahan per hari ke lokasi sekitar satu kilometer lepas pantai melalui terowongan bawah air selama kurang dari tiga minggu.

Ini adalah putaran kedua dari empat putaran yang akan dilakukan hingga akhir Maret mendatang, untuk melepaskan total sekitar 31.200 ton air tersebut, dengan jumlah total tritium diperkirakan sekitar 5 triliun becquerel, kurang dari seperempat dari total batas tahunan sebesar 22 triliun becquerel, melansir Kyodo News 5 Oktober.

Total, TEPCO berencana membuang 1,34 juta ton air atau sekitar 98 persen dari kapasitas penyimpanan, yang dikumpulkan di lebih dari 1.000 tangki di pembangkit listrik selama tiga dekade mendatang.

Pihak perusahaan mengatakan, tingkat konsentrasi tritium dalam air yang diolah, yang diencerkan dengan air laut tercatat 87 becquerel per liter, jauh di bawah 1.500 becquerel, yang merupakan seper-40 dari konsentrasi yang diizinkan berdasarkan standar keselamatan Jepang.

Tidak ada tingkat abnormal tritium dan zat radioaktif lainnya yang terdeteksi dalam sampel air laut atau ikan yang dikumpulkan dari sekitar PLTN, sejak putaran pertama pembuangan yang berlangsung dari 24 Agustus hingga 11 September, menurut pemantauan pihak berwenang Jepang, TEPCO dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Kendati demikian, beberapa negara, seperti Tiongkok dan Rusia, serta nelayan lokal di Prefektur Fukushima mengkritik keputusan pemerintah Jepang.

Beijing berulang kali mendesak Jepang untuk menghentikan rencana tersebut, dengan mengatakan tinjauan keselamatan IAEA bukan merupakan lampu hijau untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut.

Sementara, IAEA secara efektif mendukung keamanan pembuangan melalui proses pengolahan yang menghilangkan sebagian besar radionuklida kecuali tritium, tetap dalam standar keselamatan global.

Diketahui, Tiongkok memberlakukan larangan menyeluruh terhadap impor makanan laut Jepang setelah putaran pertama dimulai. Sementara, Rusia tengah mempertimbangkan untuk mengikuti langkah serupa.