JAKARTA - China melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menanggapi pedas pelaksanaan pembuangan air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut putaran ketiga.
"Meskipun mendapat tentangan dari dalam dan luar negeri, Jepang telah membuang 15.600 ton air yang terkontaminasi nuklir ke Samudera Pasifik, secara terang-terangan dan tidak bertanggung jawab menyebarkan risiko kontaminasi ke seluruh dunia," kata kata Wang Wenbin dilansir ANTARA, Kamis, 2 November.
Operator PLTN Fukushima yaitu Tokyo Electric Power Company (TEPCO) pada Kamis (2/11), memulai putaran ketiga pembuangan air limbah olahan PLTN Fukushima ke laut dengan membuang 7.800 ton air pendingin reaktor yang hancur setelah gempa dan tsunami 2011.
Waktu yang dibutuhkan untuk pembuangan putaran ketiga ini sekitar 17 hari.
"Insiden baru-baru ini mengenai percikan air limbah radioaktif ke pekerja di PLTN Fukushima adalah contoh lain dari manajemen internal TEPCO yang bermasalah dan kebiasaan menipu masyarakat. Hal ini sekali lagi membuat kredibilitas rencana pembuangan limbah Jepang yang konon 'aman dan transparan' diragukan," tambah Wang Wenbin.
Menurut Wang Wenbin, Jepang perlu menanggapi secara serius kekhawatiran internasional yang meluas, melakukan konsultasi menyeluruh dengan pemangku kepentingan lainnya, terutama negara tetangga dan membuang air yang terkontaminasi nuklir dengan cara yang bertanggung jawab.
"Dengan semakin banyaknya air yang terkontaminasi nuklir Fukushima yang dibuang ke laut, maka menjadi semakin mendesak untuk menerapkan aturan pemantauan internasional yang akan tetap efektif dalam jangka panjang dengan partisipasi substantif dari semua pemangku kepentingan termasuk negara tetangga Jepang," ungkap Wang Wenbin.
IAEA, kata Wang Wenbin, perlu memainkan perannya dan Jepang harus bekerja sama sepenuhnya untuk menghindari konsekuensi lanjutan akibat pembuangan limbah ke laut.
Sejak akhir Agustus 2023, TEPCO secara bertahap membuang air limbah setara 540 kolam renang Olimpiade yang disimpan di kompleks PLTN Fukushima-Daiichi.
PLTN tersebut kehabisan ruang untuk membangun lebih banyak tangki air, dan TEPCO perlu membersihkan area untuk melakukan tugas yang jauh lebih berbahaya, yaitu menghilangkan bahan bakar radioaktif dan puing-puing dari tiga reaktor yang rusak.
BACA JUGA:
Menurut Jepang, air limbah olahan dari PLTN Fukushima tidak berbahaya dan sangat encer di laut, kemudian dibuang secara bertahap selama puluhan tahun.
Klaim tersebut didukung oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) setelah melakukan survei dampak lingkungan, termasuk dengan mengambil sampel air dan ikan.
Namun, China dan Rusia mengkritik pembuangan limbah PLTN Fukushima serta melarang semua impor makanan laut dari Jepang.
TEPCO dan perusahaan-perusahaan Jepang lainnya dibanjiri telepon kritik dari China setelah pembuangan limbah tahap awal.