Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Hari Senin merekomendasikan penggunaan vaksin malaria kedua, untuk mengekang penyakit mematikan yang ditularkan ke manusia melalui beberapa nyamuk.

"Hampir tepat dua tahun lalu, WHO merekomendasikan penggunaan luas vaksin malaria pertama di dunia yang disebut RTS,S,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pengarahan di Jenewa, Swiss melansir Reuters 3 Oktober.

"Hari ini, saya sangat senang mengumumkan, WHO merekomendasikan vaksin kedua yang disebut R21/Matrix-M untuk mencegah malaria pada anak-anak yang berisiko terkena penyakit ini," ungkapnya.

Vaksin R21/Matrix-M, yang dikembangkan oleh Universitas Oxford Inggris, akan tersedia pada pertengahan tahun 2024, kata Dr. Tedros, seraya menambahkan harga per dosisnya antara 2-4 dolar AS.

"WHO kini sedang meninjau vaksin untuk prakualifikasi, yang merupakan stempel persetujuan WHO, dan akan memungkinkan GAVI (aliansi vaksin global) dan UNICEF untuk membeli vaksin dari produsen," terang Dr. Tedros.

Vaksin R21/Matrix-M diproduksi massal oleh Serum Institute of India dan menggunakan bahan pendukung Matrix M Novavax

Sementara itu, CEO Serum Institute of India Adar Poonawalla mengatakan, pihaknya telah memproduksi lebih dari 20 juta dosis untuk mengantisipasi rekomendasi WHO.

"Kami akan meningkatkannya sesuai dengan kebutuhan permintaan," katanya dalam sebuah wawancara.

"Kami berharap pada akhir tahun 2024, tidak akan ada lagi ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan, dengan pasokan kami yang masuk ke dalam sistem," sambungnya.

Sebelumnya, WHO telah merekomendasikan vaksin RTS,S yang diproduksi GSK Plc., pada tahun 2021 dan dijual dengan merk Mosquirix.

WHO mengatakan, kedua vaksin tersebut menunjukkan kemanjuran yang sama uji coba terpisah, namun tanpa uji coba langsung, tidak ada bukti yang menunjukkan apakah vaksin tersebut memiliki kinerja yang lebih baik.

Badan PBB tersebut menyerahkan kepada masing-masing negara untuk memutuskan produk mana yang akan digunakan berdasarkan berbagai faktor, termasuk keterjangkauan dan pasokan.

"GSK selalu menyadari perlunya vaksin malaria kedua, namun semakin jelas bahwa RTS,S, vaksin malaria pertama dan vaksin pertama melawan parasit manusia, menjadi tolok ukur yang kuat," jelas GSK dalam sebuah pernyataan.

Pihak perusahaan menambahkan, lebih dari 1,7 juta anak di Ghana, Kenya dan Malawi telah menerima setidaknya satu dosis suntikan. Awal tahun depan, peluncuran vaksin akan dilakukan di sembilan negara endemis malaria lainnya mulai awal tahun depan.

Diketahui, malaria membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahunnya secara global. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak di Afrika.