JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemkes) melakukan konsultasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk membahas vaksin malaria pertama di dunia yang direkomendasikan WHO, yakni vaksin RTS,S.
"Saat ini kami sedang melakukan konsultasi dengan WHO dan para ahli vaksin yang sedang mengembangkan vaksin malaria di Indonesia, serta dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk dapat menyikapi temuan vaksin baru yang efektif terhadap malaria tersebut," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemkes Dr. drh. Didik Budijanto, MKes saat dihubungi Antara, di Jakarta, Selasa, 12 Oktober.
Menurut Didik, perlu dilakukan uji klinis di Indonesia untuk melihat efektivitasnya di Tanah Air jika dapat mengakses vaksin RTS,S tersebut.
"Kami berharap dapat melakukan uji klinis di Indonesia jika kita dapat mengakses vaksin baru tersebut, sambil menunggu vaksin buatan para peneliti Indonesia," tuturnya.
Menurut Didik, vaksin malaria dapat membantu menurunkan angka kematian di daerah endemis tinggi. "Vaksin ini akan sangat membantu penurunan kematian malaria di daerah endemis tinggi," ujarnya.
BACA JUGA:
Didik menuturkan vaksin malaria dapat digunakan untuk kelompok bayi di bawah lima tahun (balita) di daerah endemis tinggi, yang paling rentan terhadap kematian malaria.
Vaksin itu juga dapat digunakan untuk masyarakat dari daerah non-malaria yang melakukan perjalanan atau hendak tinggal di daerah endemis tinggi dikarenakan kelompok tersebut tidak memiliki daya tahan terhadap malaria.
"Vaksin ini merupakan intervensi tambahan yang sangat berguna selain upaya kita untuk terus menerus menurunkan malaria dan mengeliminasinya," kata Didik.
Sebelumnya, WHO merekomendasikan penggunaan vaksin malaria RTS,S/AS01 (RTS,S) secara luas di antara anak-anak di Afrika sub-Sahara dan di wilayah lain dengan penularan malaria, yang disebabkan parasit Plasmodium (P) falciparum, sedang hingga tinggi.
Rekomendasi tersebut didasarkan pada hasil dari program percontohan yang sedang berlangsung di Ghana, Kenya dan Malawi, yang telah menjangkau lebih dari 800.000 anak sejak 2019.
WHO merekomendasikan bahwa dalam konteks pengendalian malaria yang komprehensif, vaksin malaria RTS,S digunakan untuk pencegahan malaria P falciparum pada anak-anak yang tinggal di daerah dengan penularan sedang hingga tinggi. Vaksin malaria RTS,S harus diberikan dalam empat dosis pada anak-anak mulai usia lima bulan untuk mengurangi penyakit dan beban malaria.
Vaksin malaria RTS,S adalah hasil penelitian dan pengembangan selama 30 tahun oleh perusahaan farmasi Inggris GlaxoSmithKline (GSK) dan melalui kemitraan dengan PATH, dengan dukungan dari jaringan pusat-pusat penelitian Afrika.