JAKARTA - Kremlin pada Hari Rabu mengatakan, ledakan bawah laut yang menghancurkan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik diorganisir oleh Amerika Serikat dan Inggris.
"Mereka terlibat, dengan satu atau lain cara, dalam serangan teroris ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam konferensi pers rutin untuk menanggapi pertanyaan tentang ledakan pada September 2022, tanpa memberikan bukti apa pun, melansir Reuters 27 September.
Diketahui, jurnalis investigasi peraih Hadiah Pulitzer dari Amerika Serikat, Seymour Hersh dalam laporan artikel terbarunya mengenai peristiwa tersebut mengatakan, AS meledakkan jaringan pipa Nord Stream karena takut kehilangan pengaruhnya terhadap Jerman dan Eropa, seperti dikutip dari TASS.
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada wartawan tersebut, Washington memilih untuk menyerang jaringan pipa gas alam bawah laut Nord Stream karena mereka dapat dengan mudah menyangkal keterlibatannya.
"Kami tidak tahu siapa sumber Hersh, tapi bagaimanapun juga, pada dasarnya, informasi yang dia publikasikan jelas sesuai dengan data yang dimiliki badan khusus kami," ujarnya saat dimintai komentar atas informasi yang diberikan oleh Hersh ledakan Nord Stream.
"Di sini tidak terlalu penting siapa yang menggunakan jenis mesin tik apa, yang penting di sini adalah, secara de facto serangan teroris terhadap infrastruktur energi penting yang dimiliki oleh perusahaan patungan internasional khususnya diorganisir dengan satu atau lain cara, tentu saja, oleh AS dan Inggris dan mereka terlibat dalam serangan teroris ini," tukas Peskov.
BACA JUGA:
Diketahui, Nord Stream AG pada tanggal 27 September 2022 melaporkan kerusakan yang belum pernah dialami dan terjadi sehari sebelumnya pada tiga rangkaian pipa gas lepas pantai Nord Stream 1 dan Nord Stream 2. Pada 26 September 2022, ahli seismologi Swedia mencatat dua ledakan di jalur pipa.
Terpisah, Kantor Kejaksaan Agung Rusia meluncurkan kasus pidana sehubungan dengan insiden tersebut, berdasarkan tuduhan terorisme internasional.