JAKARTA - Para ahli Rusia terus mengembangkan drone FPV yang dijuluki Vorobey (Burung Gereja) seberat 1,3 kilogram, dengan amunisi seberat 500 gram yang dapat digunakan untuk menyerang kendaraan lapis baja, ungkap Andrey Bratenkov, direktur eksekutif Spektr.
Ia mengatakan, drone yang membawa muatan kumulatif yang dikembangkan oleh sebuah lembaga penelitian Rusia itu telah berhasil diuji coba di zona operasi militer khusus.
Menurut Bratenkov, drone ini akan dikerahkan ke medan perang dalam waktu dekat, sehingga memastikan efisiensi yang lebih besar karena massanya yang lebih rendah dan efektivitas yang lebih tinggi.
"Persenjataan drone ini memiliki berat sekitar 500 gram dan mampu menembus lapis baja hingga 200 mm. Alhasil, dari segi propertinya, drone Vorobey bisa dikatakan Lancet 'mini'," terangnya seperti melansir TASS 14 September.
Batch pertama drone dan persenjataan telah diserahkan untuk digunakan di zona operasi (militer) khusus, kata Bratenkov. Drone ini memiliki berat 1,3 kilogram dan memiliki jangkauan terbang maksimum hingga 5 kilometer.
Lebih jauh dikatakan olehnya, keunggulan dari drone FPV terbaru ini adalah biaya produksi yang rendah mampu diproduksi massal.
"Vorobey ternyata memiliki 'gigitan' yang cukup kuat, karena dapat menembus perangkat keras lapis baja. Biaya pembuatannya jauh lebih rendah daripada Lancet, sekitar 150.000 rubel. Drone ini berukuran kecil dan panjangnya sekitar sembilan inci. Anda tak bisa menyeret Lancet ke garis depan dengan berjalan kaki, sementara itu, Anda bisa membawa sekitar 10 drone Vorobey tanpa upaya khusus dan efektivitasnya jauh lebih besar," beber Bratenkov.
BACA JUGA:
Diketahui, Spektr, yang berkantor pusat di Novosibirsk, mengembangkan dan memproduksi kendaraan udara tak berawak (UAV). Perusahaan itu telah menyediakan drone darat Yozhik (Landak) yang akan digunakan untuk tujuan pengintaian dalam operasi militer khusus.