Menkumham Minta Mahasiswa Waspadai Hoaks Jelang Pemilu 2024
Menkumham Yasonna Laoly pada saat memberikan Kuliah Tamu Program Bela Negara di Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (14/9/2023). ANTARA/HO-Humas Kanwil Kemenkumham Jatim

Bagikan:

MALANG - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly meminta mahasiswa dan generasi muda untuk mewaspadai beredarnya informasi hoaks menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Dalam Kuliah Tamu Program Bela Negara di Kota Malang, Jawa Timur,, Yasonna mengatakan beredarnya informasi hoaks atau tidak benar tersebut memiliki dampak yang cukup besar dan merusak.

"Melakukan kritik kepada pemerintah boleh, tetapi yang konstruktif. Akan tetapi, Anda tidak membuat hoaks, itu destruktif, apalagi menjelang pemilu seperti saat ini," kata Yasonna dilansir ANTARA, Kamis, 14 September.

Agar tidak terjebak pada informasi hoaks, Yasonna meminta mahasiswa sebagai kaum intelektual untuk bisa menggunakan logika dan melakukan pengecekan jika mendapatkan informasi yang bernilai negatif.

Menurut dia, hoaks disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan dipercaya oleh sekelompok orang. Oleh karena itu, khususnya generasi muda tidak boleh mudah percaya jika mendapatkan informasi yang memecah belah persatuan.

"Sebagai mahasiswa, kalian harus menggunakan logika, cek, jangan dengan mudah menyebarkan hoaks. Jangan mudah percaya, apalagi yang memecah belah bangsa, politik identitas, itu tidak baik untuk bangsa," katanya.

Yasonna menegaskan Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman tinggi, yang harus dijadikan model untuk menguatkan persatuan. Kritik kepada pemerintah, boleh dilakukan dengan menyajikan fakta untuk perbaikan ke depan.

"Kita bangsa yang sangat beragam, harus bergandengan tangan. Kritik bisa disampaikan dengan fakta secara proporsional, dan berupaya melakukan hal baik yang menyatukan, bukan menyampaikan hal-hal yang menimbulkan perpecahan," katanya.

Mahasiswa Universitas Brawijaya, lanjut dia, merupakan generasi muda terpilih yang harus bersaing ketat untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena itu, harus mampu menyampaikan informasi secara benar, bukan menyebarkan hoaks atau informasi tidak benar.

"Kalian harus melakukan yang terbaik untuk menjadi pemimpin ke depan. Tularkan kebaikan, bukan menyampaikan hoaks. Kalau ada kritik, tentu tidak masalah supaya ada perbaikan," katanya.