Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi meminta Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan anggaran untuk insentif petugas lapangan seperti jajaran Dinas Perhubungan dan Satpol PP DKI Jakarta.

Insentif yang dimaksud berupa menambah asupan makanan, vitamin, hingga obat-obatan. Prasetyo menyebut, pemberian insentif ini dilakukan untuk menjaga kesehatan para petugas dari kondisi udara Jakarta yang berpolusi cukup tinggi.

"Diharapkan dapat digunakan untuk menambah daya tahan tubuh supaya petugas-petugas kita tetap prima. Ya kita harus berusaha mencegah lah," kata Prasetyo dalam keterangannya, Minggu, 13 Agustus.

Politikus PDIP ini menuturkan, para petugas yang sehari-hari bekerja di ruang publik ini membutuhkan asupan penambah imunitas karena mereka berpotensi mengalami gangguan saluran pernapasan.

"Boleh sekarang sehat, tapi dalam jangka waktu panjang paparan polusi udara ini bisa bikin dia sakit. Ini yang mau kita usulkan di APBD 2024," ungkap dia.

Jakarta kerap menjadi salah satu kota besar dengan polutan paling tinggi di dunia. Berdasarkan hasil kajian tahun 2020, sektor kegiatan yang menyebabkan pencemaran udara Jakarta adalah kendaraan bermotor yang berkontribusi 44 persen.

Kemudian, 31 persen polusi disumbang dari industri, 14 persen dari perumahan, 10 persen dari industri energi manufaktur, dan 1 persen kegiatan komersial.

Sementara, sumber emisi bahan bakar yang digunakan di Jakarta adalah batu bara 0,42 persen, minyak 49 persen, dan gas 51 persen.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab udara di langit Jakarta tampak keruh akibat polusi udara yang kini tengah dipersoalkan.

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menguraikan bahwa siklus harian memengaruhi tingkat polusi udara di Jakarta.

Kondisi di kota-kota besar seperti Jakarta ini, menurut dia, lebih tampak pada tiap musim kemarau dengan udara yang bersifat kering. Ardhasena menguraikan, siklus kualitas udara seperti ini telah terjadi sejak lama.

"Perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udara itu ada siklus hariannya. Pada saat lepas malam hari hingga dini dan hari cenderung lebih tinggi dari pada siang hingga sore," kata Ardhasena pada Jumat, 11 Agustus.

Kemudian, fenomena utama yang menyebabkan keruhnya udara Jakarta yang tercemar polusi adalah adanya lapisan inversi. Lapisan inversi adalah lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.

"Karena kita di wilayah urban dan sekarang saat musim kemarau itu ada fenomena namanya lapisan inversi. Jadi ketika pagi, di bawah atau permukaan ini lebih dingin dibandingkan di lapisan atas," jelas Ardhasena.

"Sehingga, itu mencegah udara itu untuk naik dan kemudian terdispersi. Itu penjelasan mengapa Jakarta kelihatan keruhnya di bawah dibandingkan di atas karena setting perkotaan yang di mana kita semua hidup bersama," tambahnya.