Bagikan:

JAKARTA - Ribuan aparat gabungan dari unsur tentara dan kepolisian El Savador bersenjata lengkap, termasuk helm taktikal dan rompi anti peluru, dikerahkan untuk mengepung wilayah Cabanas sebagai bagian dari operasi penindakan terhadap kelompok geng.

Pasukan keamanan telah beberapa kali mengepung kota-kota utama untuk melakukan pencarian dari rumah ke rumah untuk mencari anggota geng. Tetapi, ini adalah pertama kalinya seluruh wilayah ditutup.

"Sejak pagi ini, 7.000 tentara dan 1.000 polisi telah memasang pagar keamanan di sekitar seluruh wilayah Cabañas," tulis Presiden Nayib Bukele di akun Twitternya seperti dikutip 2 Agustus.

"Tugas mereka adalah mencegah anggota geng meninggalkan wilayah dan memutuskan semua jalur suplai untuk kelompok teroris," sambung Presiden Bukele.

Sebelumnya, Presiden Nayib Bukele memberlakukan keadaan darurat pada Maret 2022, yang telah menangkap puluhan ribu orang yang diduga anggota geng - sebuah langkah yang populer di kalangan penduduk, tetapi membuat kelompok-kelompok hak asasi manusia khawatir, seperti dikutip dari TRT World.

pasukan keamanan el savador
Aparat keamanan gabungan dikerahkan untuk mengepung kelompok geng di Cabanas. (Twitter/@nayibbukele)

Lebih lanjut Presiden Bukele mengatakan, Cabanas dalam beberapa minggu terakhir telah menjadi tempat perlindungan bagi sel-sel geng yang melarikan diri dari tindakan kerasnya.

Ia mengatakan, pengepungan tersebut akan berlangsung hingga "para petugas dapat mengekstraksi semua anggota geng."

Kendati ada pengepungan ini, Presiden Bukele mengatakan aktivitas masyarakat dan wisatawan di kawasan tersebut tetap bisa berlangsung seperti biasa.

"Penduduk Cabañas, pengunjung dan turis bisa tenang serta beraktivitas seperti biasa," tulisanya dalam cuitan terpisah.

aparat keamanan gabungan el savador
Aparat keamanan gabungan dikerahkan untuk mengepung kelompok geng di Cabanas. (Twitter/@nayibbukele)

Cabanas adalah sebuah wilayah pertanian kecil yang merupakan rumah bagi sekitar 150.000 orang.

Truk-truk yang penuh dengan tentara terlihat di jalan-jalan di Kota Tejutepeque dan Ilobaso.

"Sejak pagi tadi kami sudah melihat kehadiran tentara," kata penyiar radio Reina Navarrete kepada kantor berita AFP dari kota lain, Victoria.

Keadaan darurat, yang memungkinkan penangkapan tanpa surat perintah, menyebabkan 87 warga sipil tewas di tangan anggota geng. Sejak saat itu, sekitar 72.000 orang yang diduga anggota geng telah ditangkap.

Minggu lalu, anggota parlemen mengesahkan sebuah langkah sementara yang memungkinkan hingga 900 orang diadili sekaligus.

Pengadilan kolektif akan semakin melanggar "hak-hak untuk mendapatkan pembelaan yang memadai, pengadilan yang adil, dan praduga tak bersalah," kata Direktur Amnesty International Amerika Erika Guevara Rosas.