Swedia Perketat Penjagaan Perbatasannya Usai Pembakaran Al-Qur'an
Ilustrasi Polisi Swedia. (Wikimedia Commons/John Christian Fjellestad)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Swedia mengatakan ancaman terhadap negara itu meningkat setelah pembakaran Al-Qur'an beberapa waktu belakangan, sehingga memutuskan untuk memperketat kontrol perbatasan untuk memberikan polisi wewenang yang lebih luas, guna menghentikan dan menggeledah orang sebagai akibatnya.

Sebuah undang-undang baru, yang berlaku sejak awal Agustus, memberikan polisi kewenangan yang lebih luas untuk melakukan pemeriksaan di dalam dan di sekitar perbatasan negara, termasuk penggeledahan badan dan memungkinkan peningkatan pengawasan elektronik.

"Pengawasan perbatasan merupakan langkah yang memberikan kami kondisi untuk mengidentifikasi orang-orang yang masuk ke Swedia yang dapat menjadi ancaman bagi keamanan," ujar Menteri Kehakiman Gunnar Strommer dalam sebuah konferensi pers, dilansir dari Reuters 2 Agustus.

Swedia dan Denmark telah mengalami serangkaian protes dalam beberapa minggu terakhir, di mana salinan Al-Qur'an dibakar atau dirusak, yang memicu kemarahan di negara-negara Muslim, menuntut pemerintah negara-negara Nordik menghentikan pembakaran tersebut.

Pembakaran Al-Qur'an kembali terjadi pada Hari Senin, membuat kedua negara mengatakan mereka sedang mengkaji cara-cara untuk membatasi tindakan semacam itu secara hukum, dalam upaya untuk meredakan ketegangan.

Polisi keamanan Denmark mengatakan pada Hari Senin, bahwa seperti halnya di Swedia, negara itu mengalami peningkatan risiko serangan sebagai akibat dari krisis tersebut.

Pada Hari Selasa, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan situasinya "berbahaya", "rumit" dan "dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin Swedia terluka," termasuk oleh Rusia yang mungkin menggunakan situasi ini untuk keuntungannya.

"Ini mungkin untuk mencegah aksesi NATO Swedia," ujar PM Kristersson pada konferensi pers.

Swedia diketahui mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina, namun permohonan tersebut belum diratifikasi oleh parlemen Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia akan mengupayakan agar permohonan Swedia disetujui. Namun, ia juga memperingatkan hal itu tidak akan terjadi selama salinan Al-Qur'an masih dibakar di Swedia.

PM Kristersson mengatakan, penting untuk meredakan situasi dan mendesak orang-orang untuk menggunakan kebebasan berbicara secara bertanggung jawab dan hormat.

Pemerintah Swedia juga sedang mencari perubahan yang dapat memungkinkan polisi untuk menghentikan pembakaran Al-Qur'an di depan umum, jika hal itu merupakan ancaman bagi keamanan nasional, kata PM Kristersson.

Namun, ia menambahkan, perubahan besar-besaran terhadap undang-undang kebebasan berbicara tidak ada dalam rencana.