Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres memperingatkan pada Hari Kamis, "segelintir sumbangan" tidak akan memperbaiki dampak dramatis dari akhir kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam dengan aman selama setahun terakhir.

Harga gandum global telah melonjak sekitar 10 persen dalam 10 hari terakhir, setelah Rusia keluar dari pakta yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022, serta mulai menargetkan pelabuhan Ukraina dan infrastruktur biji-bijian di Laut Hitam dan Sungai Danube.

"Jelas bahwa ketika mengeluarkan jutaan dan jutaan ton biji-bijian dari pasar, jelas bahwa ... akan menyebabkan harga yang lebih tinggi," kata Guterres kepada wartawan, dilansir dari Reuters 28 Juli.

"Jadi bukan dengan sedikit donasi ke beberapa negara kami memperbaiki dampak dramatis yang mempengaruhi semua orang, di mana saja," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kamis mengatakan kepada para pemimpin Afrika, dia akan memberi mereka puluhan ribu ton biji-bijian dalam beberapa bulan meskipun ada sanksi Barat, yang menurutnya mempersulit Moskow untuk mengekspor biji-bijian dan pupuknya.

Ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia tidak dikenai sanksi Barat, tetapi Moskow mengatakan pembatasan pembayaran, logistik dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman. Moskow memiliki daftar permintaan yang ingin dipenuhi untuk meningkatkan ekspornya sendiri.

Di bawah kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang bertujuan untuk memerangi krisis pangan global yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, hampir 33 juta ton biji-bijian Ukraina diekspor. Diketahui, Ukraina dan Rusia sama-sama pengekspor biji-bijian terkemuka.

Meskipun harga gandum global sekitar setengah dari rekor tertinggi yang dicapai pada awal Maret 2022 setelah invasi Rusia, Guterres mengatakan kenaikan apa pun saat ini akan "ditanggung oleh semua orang, di mana pun - terutama oleh negara-negara berkembang dan oleh orang-orang yang rentan di negara-negara berpenghasilan menengah dan bahkan negara maju."