Moskow Tangguhkan Partisipasinya dalam Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam, Kremlin: Bagian Menyangkut Rusia Belum Diimplementasikan
Jubir Kremlin Dmitry Peskov. (Wikimedia Commons/Presidential Executive Office of Russia)

Bagikan:

JAKARTA - Kremlin mengumumkan penangguhan partisipasi Rusia dalam kesepakatan ekspor biji-bijan melalui Luat Hitam, mengatakan persyaratannya untuk memperpanjang kesepakatan tersebut belum dipenuhi.

Kesepakatan yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Turki pada Bulan Juli lalu ini, bertujuan untuk meringankan krisis pangan global dengan mengizinkan biji-bijian Ukraina yang tertahan akibat perang Rusia-Ukraina, untuk diekspor dengan aman.

Kesepakatan ini telah diperpanjang beberapa kali, tetapi akan berakhir pada Hari Senin. Rusia telah mengatakan selama berbulan-bulan, persyaratan untuk perpanjangan perjanjian belum terpenuhi.

"Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan, melansir Reuters 17 Juli.

"Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam yang menyangkut Rusia belum diimplementasikan sejauh ini, sehingga efeknya dihentikan," lanjut Peskov.

Moskow diketahui telah lama mengeluhkan masih ada hambatan terhadap ekspor biji-bijian dan pupuknya, meskipun hal ini tidak secara langsung disetujui oleh Barat, mengajukan serangkaian tuntutan yang menurutnya belum dipenuhi.

"Segera setelah bagian Rusia dari perjanjian ini dipenuhi, pihak Rusia akan kembali ke implementasi kesepakatan ini, segera," kata Peskov.

Peskov menambahkan, keputusan ini tidak terkait dengan serangan yang terjadi di jembatan Krimea yang disebutnya sebagai aksi teroris dan menyalahkan Ukraina.

"Ini adalah peristiwa yang sama sekali tidak berhubungan. Bahkan sebelum serangan teroris, posisi ini telah diumumkan oleh Presiden Putin," tandas Peskov.

ekspor biji-bijian laut hitam
Sekjen Interntional Maritime Organization (IMO) Kitack Lim saat meninjau biji-bijian yang akan diekspor dari Ukraina melalui Laut Hitam. (Wikimedia Commons/International Maritime Organization)

Sebelumnya, kapal terakhir pengangkut biji-bijian meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan pada Hari Minggu.

Invasi Rusia Februari 2022 dan blokade pelabuhan Laut Hitam Ukraina membuat harga biji-bijian global melonjak. Ukraina dan Rusia termasuk di antara pengekspor biji-bijian utama dunia

Hampir 33 juta metrik ton jagung, gandum, dan biji-bijian lainnya telah diekspor oleh Ukraina di bawah kesepakatan tersebut.

Rusia mengancam keluar dari kesepakatan tersebut, mengatakan tuntutannya untuk meningkatkan ekspor biji-bijian dan pupuknya sendiri belum dipenuhi. Rusia juga mengeluhkan tidak cukupnya biji-bijian yang sampai ke negara-negara miskin.

Sementara, Perserikatan Bangsa-Bangsa berpendapat kesepakatan itu telah menguntungkan negara-negara tersebut, dengan membantu menurunkan harga pangan lebih dari 20 persen secara global.

PBB mengatakan, Program Pangan Dunia telah memperoleh 80 persen gandumnya sejauh ini pada tahun 2023 dari Ukraina, naik dari 50 persen pada tahun 2021 dan 2022.

Program Pangan Dunia telah mengirimkan sekitar 725.000 metrik ton gandum Ukraina ke Afghanistan, Sudan, Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia dan Yaman untuk memerangi kelaparan.

Lebih lanjut dikatakan, kesepakatan tersebut sejauh ini telah memasok biji-bijian ke 45 negara di tiga benua, 46 persen ke Asia, 40 persen ke Eropa Barat, 12 persen ke Afrika dan 1 persen ke Eropa Timur.

Rusia sebelumnya telah tiga kali menyetujui perpanjangan kesepakatan Laut Hitam dalam setahun terakhir, tetapi juga sempat menangguhkan partisipasinya pada akhir Oktober, sebagai tanggapan atas serangan drone terhadap armadanya di Krimea.

Untuk meyakinkan Rusia agar menyetujui kesepakatan Laut Hitam, kesepakatan tiga tahun juga dibuat pada Juli 2022, di mana pejabat PBB setuju untuk membantu Rusia mengekspor makanan dan pupuknya ke pasar luar negeri.

Sementara ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak tunduk pada sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi Rusia, Moskow mengatakan pembatasan pembayaran, logistik dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman.

Permintaan utama Rusia adalah agar Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) dihubungkan kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT. Bank diputus dari SWIFT oleh Uni Eropa pada Juni 2022, karena invasi ke Ukraina.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melakukan upaya terakhir pada Hari Selasa lalu, guna meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian Laut Hitam selama beberapa bulan, dengan imbalan UE menghubungkan anak perusahaan Rosselkhozbank ke SWIFT untuk transaksi biji-bijian dan pupuk, kata sumber.

Juru bicara PBB mengatakan, Sekjen Guterres masih menunggu tanggapan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sebagai solusi atas kurangnya akses ke SWIFT, pejabat PBB telah meminta bank AS JPMorgan Chase & Co untuk mulai memproses beberapa pembayaran ekspor biji-bijian Rusia dengan jaminan dari pemerintah AS.

Perserikatan Bangsa-Bangsa juga bekerja sama dengan Bank Ekspor-Impor Afrika untuk membuat platform guna membantu memproses transaksi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia ke Afrika, kata seorang pejabat perdagangan AS bulan lalu.