Akui Tahun 2020 Berat, BRI Masih Mampu Raup Laba Bersih Rp18,66 Triliun
Gedung BRI. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp18,66 triliun pada sepanjang 2020. Meski demikian, raihan tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan perolehan 2019 yang tercatat Rp34,41 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan anjloknya perolehan keuntungan perseroan diakibatkan oleh dampak pandemi yang kini sedang melanda.

“Yang kita alami saat ini adalah krisis yang terberat apabila dibandingkan dengan krisis sebelumnya, seperti krisis 1998, maupun krisis keuangan 2008” ujarnya dalam konferensi pers paparan kinerja 2020 secara virtual, Jumat, 29 Januari.

Sunarso menambahkan, secara konsolidasi BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year.

Tercatat kredit mikro BRI tumbu hdouble digit sebesar 14,18 persen, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88 persen dan kredit consumer tumbuh 2,26 persen.

Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentu hangka 82,13 persendari total seluruh kredit.

“Tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya yakni BRI akan fokus di dua area, pertama, yang eksisting kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebihkecil dari pada mikro,” tuturnya.

Pertumbuhan kredit BRI Group mampu diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dengan NPL 2,99 persen dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen.

Sementaraitu Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi sebesar Rp1.121,10 triliun dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67 persen. Kondisi permodalan diklaim semakin kuat dengan CAR berada di level 21,17persen.

“Tahunini BRI optimistis kredit mampu tumbuh lebih baik diatas rata-rata industri nasional, dengan faktor pendukungnya yakni LDR yang masih terjaga di level 83,70 persen. Hal ini sejalan dengan perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumahtangga yang menjadi faktor utama pendorong permintaan kredit,’ ungkap Sunarso.