Sempat Diganggu Jet Tempur Rusia, AS Klaim Drone Miliknya Berhasil Tewaskan Pemimpin ISIS di Suriah Timur
Ilustrasi drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/Capt Brian Wagner)

Bagikan:

JAKARTA - US Central Command pada Hari Minggu mengumumkan berhasil menewaskan seorang pemimpin ISIS dalam serangan drone, setelah sebelumnya sempat menghadapi jet tempur Rusia.

Serangan itu dilakukan dengan menggunakan drone Angkatan Udara Amerika Serikat jenis MQ-9 pada Jumat 7 Juli.

"US Central Command melakukan serangan di Suriah yang mengakibatkan kematian Usamah al-Muhajir, seorang pemimpin ISIS di Suriah timur," jelas komando militer itu tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang al-Muhajir, dikutip dari Reuters 10 Juli.

Pihak komando mencatat sejauh ini tidak ada indikasi warga sipil tewas dalam serangan tersebut.

"Ini akan mengganggu dan menurunkan kemampuan ISIS untuk merencanakan dan melakukan serangan teror," jelasnya seperti dikutip dari Sky News Australia.

Sementara itu, Komandan US Central Command Jenderal Michael Kurilla mengatakan, perkembangan itu memperjelas Washington tetap berkomitmen untuk menumpas kelompok teroris tersebut.

"ISIS tetap menjadi ancaman, tidak hanya di kawasan tetapi jauh di luar," tegasnya.

Sebelumnya, cuplikan dari video yang dirilis oleh Angkatan Udara AS menunjukkan, jet tempur Sukhoi SU-35 Rusia terbang di dekat pesawat tak berawak MQ-9 Reaper AS pada Hari Rabu di atas Suriah. Washington merilis rekaman peristiwa tersebut.

"Serangan pada Hari Jumat dilakukan oleh MQ-9 yang sama yang, pada hari sebelumnya, diganggu oleh pesawat Rusia dalam 'pertemuan' yang berlangsung hampir dua jam," menurut US Central Command, seperti mengutip The Guardian.

"Kami terus mendorong Rusia untuk kembali ke norma yang ditetapkan sebagai Angkatan Udara profesional, sehingga kita semua dapat mengembalikan fokus kita untuk memastikan kekalahan abadi ISIS," sambung pihak komando.

Terpisah, dalam komentar yang dilaporkan oleh media Pemerintah Suriah, Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah Rear Admiral Oleg Gurinov mengatakan, Moskow prihatin dengan penerbangan pesawat tak berawak oleh koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Suriah utara, menyebutnya sebagai "pelanggaran sistematis terhadap protokol" yang dirancang untuk menghindari bentrokan antara kedua militer.

Sementara itu, Letnan Jenderal Alex Grynkewich, komandan Angkatan Udara Kesembilan di Timur Tengah, mengatakan salah satu pilot Rusia memindahkan pesawat mereka ke depan drone dan menggunakan afterburner SU-35, mengurangi kemampuan operator drone untuk mengoperasikan pesawat dengan aman.

Diketahui, Washington pada tahun lalu meningkatkan serangan dan operasi terhadap tersangka operasi ISIS di Suriah, membunuh dan menangkap berbagai pemimpinnya yang berlindung di berbagai daerah, setelah kelompok itu kehilangan wilayah terakhirnya di Suriah pada 2019.

US Central Command menekankan akan terus bekerja dengan Irak dan Suriah, untuk memastikan kekalahan ISIS di wilayah tersebut.

Washington sendiri saat ini diketahui memiliki sekitar 1.000 personel militer yang dikerahkan di Suriah dan sekitar 2.500 di Irak.

Terkait