Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengkritik anggota kabinet sayap kanan Israel terkait kebijakan di Tepi Barat yang diduduki, menegaskan kembali dukungannya untuk solusi dua negara dengan Palestina.

"Ini bukan semua masalah Israel (di Tepi Barat), tetapi mereka adalah bagian dari masalah ... terutama orang-orang di kabinet yang mengatakan ... (Palestina) tidak berhak berada di sini," kata Presiden Biden dalam wawancara dengan CNN yang ditayangkan Hari Minggu, dikutip dari The National News 10 Juli.

"Saya adalah salah satu dari mereka yang percaya, keamanan utama Israel terletak pada solusi dua negara," tegas Presiden Biden.

Kendati demikian, Ia menghindari pertanyaan apakah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan menerima undangan untuk mengunjungi Gedung Putih, setelah Israel terlibat dalam operasi militer terbesarnya di Jenin Tepi Barat dalam beberapa dekade, menewaskan sedikitnya 12 orang minggu lalu.

Komentar tersebut adalah pertunjukan langka dari kritik Negeri Paman Sam yang berhati-hati terhadap sekutu lamanya, yang menjadi lebih sering karena Pemerintahan Presiden Biden bekerja dengan pemerintah sayap kanan Israel di bawah PM Netanyahu.

Operasi Israel berfokus pada kota utara Jenin, pusat beberapa kelompok bersenjata Palestina. Itu melibatkan ratusan pasukan, serangan pesawat tak berawak dan buldoser lapis baja. Helikopter tempur Apache dikerahkan di Tepi Barat untuk pertama kalinya sejak intifada sekitar 23 tahun lalu.

Pada awal serangan dua hari itu, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada The National News, Washington mendukung hak Israel untuk membela diri.

Presiden Biden mengatakan pada Hari Minggu, "Otoritas Palestina telah kehilangan kredibilitasnya ... dan menciptakan ruang hampa untuk ekstremisme di antara warga Palestina, ada beberapa elemen yang sangat ekstrim."

Dia menambahkan, Washington sedang berbicara dengan Israel "secara teratur" dalam upaya untuk “mengurangi” eskalasi kekerasan di Tepi Barat.

"Mudah-mudahan (PM Netanyahu) akan terus bergerak menuju moderasi dan mengubah perilaku," tambahnya.