Bagikan:

JAKARTA - Maskapai penerbangan China Hainan Airlines mempertahankan persyaratan berat badan yang diberlakukan pada flight attendant, meski laporan tentang kebijakan baru tersebut menjadi viral di media sosial dan memicu reaksi publik.

Media pemerintah awalnya melaporkan salah satu maskapai terbesar di Negeri Tirai Bambu itu, memperkenalkan kebijakan baru pada awal Juni yang mengancam akan melarang terbang pramugari wanita, jika berat badan mereka melebihi "batas standar".

Media pemerintah Global Times mengatakan, aturan itu adalah bagian dari serangkaian pedoman yang lebih luas tentang penampilan yang dikeluarkan untuk awak kabin, dengan berat 'standar' dihitung berdasarkan tinggi badan.

Misalnya, seorang awak kabin bertinggi 158 sentimeter (5,1 kaki) – tinggi rata-rata wanita dewasa Tiongkok – akan diminta untuk tetap berada dalam kisaran berat badan 48 kilogram (105 pon).

Flight attendant yang kurang dari 5 persen di atas standar tersebut akan dipantau berat badannya setiap bulan dan menjalani peninjauan. Sedangkan mereka yang memiliki berat 10 persen di atas standar akan segera ditangguhkan dan dimasukkan ke dalam "rencana pengurangan berat badan" yang diawasi oleh perusahaan, seperti dilaporkan Global Times.

Dalam konfirmasnya kepada CNN seperti dikutip 1 Juli, Hainan Airlines mengatakan mereka menggunakan "standar referensi berat", tetapi mengatakan itu berlaku untuk semua flight attendant tanpa memandang jenis kelamin.

kru hainan airlines
Kru maskapai penerbangan Hainan Airlilnes. (Twitter/@HainanAirlines)

Maskapai tersebut juga mengatakan, tindakan tersebut "tidak dapat ditafsirkan sebagai kriteria sederhana untuk memberhentikan pramugari seperti yang dilakukan beberapa media."

Standar tersebut "berdasarkan referensi standar berat badan manusia dan dicocokkan dengan pengukuran kisaran berat badan yang sehat untuk kru," kata maskapai tersebut, seraya menambahkan aturan tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola "kesehatan, bentuk fisik dan postur kru."

"Ini dimaksudkan untuk menganjurkan kebiasaan hidup sehat dan menjaga citra profesional yang baik dan fisik yang sehat dengan menetapkan target referensi, daripada secara pasif menunggu fisik anggota kru berubah secara signifikan dan kemudian memengaruhi pekerjaan layanan keselamatan," jelas pihak maskapai.

Tanggapan beragam sempat muncul di dunia maya, dengan para pengguna media sosial Tiongkok yang bereaksi terhadap laporan awal media pemerintah dengan kritik terhadap apa yang mereka anggap sebagai cerminan dari norma-norma gender di negara tersebut.

"Saya hanya ingin pramugari memiliki pengetahuan profesional yang mumpuni, terlatih dengan baik dalam prosedur keselamatan, dan mengenakan sepatu dan pakaian yang paling sesuai untuk keadaan darurat. Berat badannya bukan urusan saya," demikian bunyi salah satu komentar teratas di Weibo.

Beberapa pengguna menunjukkan, menjadi pramugari adalah pekerjaan yang menuntut fisik yang seharusnya memprioritaskan kekuatan dan stamina karyawan, daripada menjaga berat badan - terutama dalam situasi darurat, di mana awak kabin bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan penumpang.

Diketahui, maskapai penerbangan Asia lainnya telah menjadi berita utama dalam beberapa tahun terakhir karena memberlakukan aturan berat badan pada awak kabin.

Pada tahun 2015, Air India meminta 125 pramugari untuk menurunkan berat badan. Sementara, maskapai nasional Pakistan memerintahkan awak kabin untuk mematuhi batas berat badan atau menghadapi hukuman larangan terbang pada tahun 2019.