IAEA Sebut Belum Ada Indikasi Adanya Ranjau di PLTN Zaporizhzhia, Perlu Akses Lebih Luas
Tim IAEA saat menyambangi PLTN Zaporizhzhia di Ukraina. (Wikimedia Commons/IAEA Image Bank)

Bagikan:

JAKARTA - Ahli dari pengawas nuklir PBB yang berbasis di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina, belum mengamati indikasi adanya ranjau atau bahan peledak di pembangkit tersebut, membutuhkan lebih banyak akses untuk memastikannya, kata badan tersebut pada Hari Rabu.

Rusia dan Ukraina pada Hari Selasa saling menuduh merencanakan untuk melakukan serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu, di mana Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berulang kali memperingatkan potensi bencana dari bentrokan militer di dekatnya.

Kedua negara saling menyalahkan atas penembakan yang telah berulang kali mematikan jaringan listrik yang penting untuk mendinginkan enam reaktor pembangkit dan menghindari krisis nuklir.

Pakar IAEA "dalam beberapa hari dan minggu terakhir telah memeriksa bagian-bagian fasilitas PLTN, termasuk beberapa bagian dari perimeter kolam pendingin yang besar, juga telah melakukan penelusuran rutin di seluruh lokasi, sejauh ini belum mengamati indikasi yang terlihat dari ranjau atau bahan peledak," kata pernyataan IAEA, melansir Reuters 6 Juli.

"Para ahli IAEA telah meminta akses tambahan yang diperlukan untuk memastikan tidak adanya ranjau atau bahan peledak. Secara khusus, akses ke atap unit reaktor 3 dan 4 sangat penting, serta akses ke bagian ruang turbin dan beberapa bagian sistem pendingin di pabrik," sambung pernyataan itu.

Sementara itu, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh angkatan bersenjata Ukraina pada Hari Selasa, mengutip "data operasional" mengatakan, "alat peledak" telah ditempatkan di atap dua unit reaktor tersebut.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada Bulan April, rekaman satelit dari Bulan Maret menunjukkan Rusia telah menyiapkan "posisi pertempuran dengan karung pasir di sejumlah atap dari enam reaktor di PLTN tersebut.

Tidak jelas dari pernyataan IAEA mengapa badan tersebut menginginkan akses ke atap dua unit reaktor tersebut.

IAEA mengatakan mengetahui laporan bahwa ranjau dan bahan peledak lainnya telah ditempatkan di dalam dan sekitar pabrik.

"Dengan ketegangan militer dan aktivitas yang meningkat di kawasan di mana pembangkit listrik tenaga nuklir besar ini berada, para ahli kami harus dapat memverifikasi fakta di lapangan," jelas IAEA.

"Pelaporan independen dan objektif mereka akan membantu mengklarifikasi situasi saat ini di lokasi, yang sangat penting pada saat seperti ini dengan tuduhan yang belum dikonfirmasi," pungkas badan itu.