Bagikan:

JAKARTA - Komandan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang tengah terlibat perang saudara dengan militer Sudan, mengumumkan gencatan senjata secara sepihak dua hari terkait dengan tibanya Hari Raya Iduladha.

Jenderal Mohamed Dagalo, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Hemedti, mengumumkan gencatan senjata itu dalam pesan audio yang diunggah online pada Senin malam.

Tidak ada kabar segera dari pihak militer Sudan terkait pengumuman yang dikeluarkan Komandan RSF.

Sementara, gencatan senjata dilakukan pada Hari Selasa dan Rabu, puncak Ibadah Haji 1444 Hijriah yang dilakukan jutaan umat Muslim di Makkah, Arab Saudi, melansir The National News 27 Juni.

Jenderal Dagalo, yang tidak terlihat di depan umum sejak perang pecah pada pertengahan April, mengatakan anak buahnya hanya akan berperang untuk membela diri selama gencatan senjata, yang dia gambarkan sebagai “kesempatan untuk toleransi dan pengampunan semua lapisan orang Sudan:.

Ini adalah pertama kalinya salah satu pihak yang bertikai di Sudan mengumumkan gencatan senjata sepihak. Sebelumnya, beberapa gencatan senjata yang dimediasi oleh AS dan Arab Saudi diumumkan selama perang, semuanya dilanggar atau tidak dipatuhi sepenuhnya.

Selain gencatan senjata, pesan audio Jenderal Dagalo juga untuk menjawab kritik internasional atas tuduhan pelanggaran yang dilakukan RSF terhadap warga sipil selama perang.

Kritik internasional terfokus pada serangan genosida pekan lalu oleh para pejuang RSF dan sekutu milisi Arab terhadap warga sipil di wilayah Darfur barat, tempat mereka membunuh ratusan orang dari suku Masalit Afrika. Rumah dan bisnis dibakar, dengan tembakan ke arah mereka yang mencoba melarikan diri ke negara tetangga Chad.

"Kami akan menangani pelanggaran secara tegas dan serius," kata Jenderal Dagalo, mengumumkan pembentukan pengadilan medan perang khusus bagi pejuang yang dituduh melakukan pelanggaran untuk diadili pengadilan yang dipimpin perwira senior RSF.

Sebelumnya, Jenderal Dagalo pekan lalu menyesali kekerasan di Kota Al Geneina di Darfur, di mana lebih dari 1.000 warga sipil tewas, tetapi tidak menyampaikan permintaan maaf.

Dalam unggahan audio terbarunya, dia juga memperingatkan tentara dan pendukung rezim diktator Omar Al Bashir yang digulingkan, sedang mencoba untuk memicu perang saudara di Darfur dan tempat lain di Sudan.

Diketahui, perang militer Sudan - RSF yang berkelanjutan telah memaksa 2,5 juta orang meninggalkan rumah mereka, menciptakan krisis kemanusiaan yang besar. Dari mereka yang terlantar, lebih dari 500.000 telah mengungsi di negara-negara tetangga.

Tidak ada perkiraan akurat mengenai jumlah korban tewas di kalangan warga sipil, tetapi Kementerian Kesehatan pekan lalu mengatakan, sedikitnya 3.000 orang tewas dan sementara jumlah yang terluka dua kali lebih banyak. Angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.