Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Amerika Serikat mengonfirmasi adanya suara dari bawah air di lokasi pencarian submersible berawak Titan yang tengah menuju reruntuhan Kapal Titanic, mengatakan suara berbunyi teratur dengan interval tertentu.

Memo internal Departemen Keamanan Dalam Negeri AS yang dilaporkan mengatakan, suara di bawah air dapat terdengar selama berjam-jam, seperti mengutip BBC 21 Juni.

Suara itu pertama kali terdeteksi oleh pesawat P-8 milik Kanada. Setelah itu, sonar tambahan dikerahkan ke area tersebut empat jam kemudian, dengan suara tersebut masih terdengar.

"Umpan balik akustik tambahan terdengar dan akan membantu dalam mem-vektor aset permukaan dan juga mengindikasikan adanya harapan bagi para penyintas," kata memo kedua menurut laporan CNN.

Suara dari bawah air tersebut dilaporkan oleh Rolling Stone dan CNN terdengar dengan interval 30 menit.

"P8 mendengar suara dentuman di area tersebut setiap 30 menit," tulisnya, merujuk memo Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Sementara itu, Penjaga Pantai AS mengonfirmasi sebuah pesawat pencari Kanada telah mendeteksi "suara-suara di bawah air" di area pencarian.

"Pesawat P-3 Kanada (media laporkannya sebagai P-8, red) mendeteksi suara di area pencarian. Untuk mengeksplorasi asal suara, kendaraan kendaraan yang dioperasikan dari jauh (ROV) dipindahkan, tetapi belum belum meberikan hasil positif," tulis Komando Timur Laut Penjaga Pantai AS di Twitter.

Diberitakan sebelumnya, Penjaga Pantai AS mengatakan di Twitter, sebuah kapal permukaan, Polar Prince, kehilangan Titan yang diluncurkannya sekitar satu jam dan 45 menit setelah memulai penyelaman ke arah lokasi reruntuhan Titanic pada Hari Minggu pagi.

Diketahui, reruntuhan Titanic, kapal laut Inggris yang menabrak gunung es dan tenggelam dalam pelayaran perdananya pada April 1912, terletak sekitar 900 mil (1.450 km) timur Cape Cod, Massachusetts, dan 400 mil (644 km) selatan St. Louis. John's, Newfoundland.

Pihak berwenang belum mengonfirmasi identitas mereka yang berada di dalam Titan. Namun, sejumlah laporan menyebutkan nama miliarder Inggris Hamish Harding dan pengusaha kelahiran Pakistan Shahzada Dawood bersama putranya Suleman, yang keduanya warga negara Inggris.

Penjelajah Prancis Paul-Henri Nargeolet serta Stockton Rush, pendiri dan CEO OceanGate Expeditions, juga dilaporkan ikut serta.