Bukan Kapal Selam, Titan yang Hilang saat Menuju Reruntuhan Titanic Diklasifikasikan Sebagai Submersible
Submersible Titan. (Twitter/@OceanGateExped)

Bagikan:

JAKARTA - Titan, kendaraan bawah air yang hilang di area reruntuhan Kapal Titanic di Atlantik Utara pada Hari Senin, diklasifikasikan sebagai submersible, kapal yang didesain untuk beroperasi di bawah air, tapi tidak berfungsi sebagai kapal otonom, melainkan mengandalkan platform pendukung peluncuran dan kembali setelah peluncuran.

Menurut situs web perusahaan pariwisata yang mengoperasikan Titan, OceanGate Expeditions of Everett, Washington, kapal yang hilang itu adalah submersible yang mampu membawa lima orang — satu pilot dan empat awak — ke kedalaman 4.000 meter, atau lebih dari 13.100 kaki — untuk “survei dan inspeksi lokasi, penelitian dan pengumpulan data, produksi film dan media, serta pengujian perangkat keras dan perangkat lunak di laut dalam," seperti mengutip Seattle Times via The New York Times 21 Juni.

Submersible, tidak seperti kapal selam, tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk meluncurkan dirinya sendiri ke laut dan kembali dengan sendirinya, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) AS menjelaskan di situs webnya, dilansir dari New York Post.

Terbuat dari titanium dan serat karbon, beratnya sekitar 21.000 pon dan terdaftar berukuran 22 kaki x 9,2 kaki x 8,3 kaki, dengan kemampuan penyangga hidup selama 96 jam untuk lima orang.

Titan, salah satu dari tiga jenis submersible berawak yang dioperasikan oleh OceanGate, dilengkapi dengan platform yang mirip dengan dok kering kapal yang meluncurkan dan memulihkan kapal, kata situs web itu.

"Platform ini digunakan untuk meluncurkan dan memulihkan submersible berawak dengan membanjiri tangki pengapungannya dengan air untuk penurunan yang terkendali hingga kedalaman 9,1 meter (30 kaki) untuk menghindari turbulensi permukaan," menurut situs web tersebut.

"Setelah terendam, platform menggunakan sistem pengapungan peredam gerakan yang dipatenkan untuk tetap terhubung ke permukaan namun tetap menyediakan platform bawah air yang stabil tempat submersible berawak kami lepas landas dan kembali setelah setiap penyelaman,” lanjut situs tersebut.

"Pada akhir setiap penyelaman, submersible itu mendarat di platform terendam dan seluruh sistem dibawa ke permukaan dalam waktu sekitar dua menit dengan mengisi tangki pemberat dengan udara."

OceanGate menyebut Titan satu-satunya submersible berawak di dunia yang dapat membawa lima orang sedalam 4.000 meter, memungkinkannya menjangkau hampir 50 persen lautan dunia. Tidak seperti kapal selam lainnya, Titan, kata situs web itu, menggunakan sistem yang dapat menganalisis bagaimana perubahan tekanan memengaruhi kapal saat menyelam lebih dalam, memberikan deteksi peringatan dini bagi pilot dengan waktu yang cukup untuk menahan penurunan dan kembali ke permukaan dengan aman.

Titan yang termasuk submersible Kelas Cyclops, menggunakan Polar Prince, bekas kapal pemecah es Penjaga Pantai Kanada, sebagai kapal pendukungnya. Tapi, Titan kehilangan kontak dengan Polar Prince 1 jam 45 menit setelah menyelam pada Minggu sore, menurut US Coast Guard, hilang di kedalaman Samudera Atlantik Utara.

Titan memulai perjalanan laut dalam terkait dengan Titanic pada tahun 2021. Menurut situs berita teknologi GeekWire, kapal tersebut "dibangun kembali" setelah OceanGate menentukan melalui pengujian, kapal tersebut tidak dapat menahan tekanan penyelaman 4.000 meter.

Terpisah, seorang ahli kapal selam yang bekerja untuk Oceangate - perusahaan yang mengoperasikan Titan - memperingatkan adanya potensi masalah keselamatan pada tahun 2018, menurut dokumen pengadilan AS, seperti dikutip dari BBC.

David Lochridge pindah dari Skotlandia ke negara bagian Washington untuk bekerja di perusahaan tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada tahun 2017, ia sangat antusias dengan misi ini dan mengatakan misi ini "ditakdirkan untuk laut".

Namun, kurang dari setahun kemudian ia memperingatkan atasannya bahwa kekurangan pada lambung karbon Titan, mungkin tidak terdeteksi tanpa pengujian yang lebih ketat, dan mendesak perusahaan untuk meminta lembaga luar untuk mensertifikasi kapal tersebut.

Dia mengatakan, peringatan lisannya tidak digubris hingga dia menulis sebuah laporan dan dipanggil untuk bertemu dengan beberapa pejabat - termasuk kepala eksekutif OceanGate, Stockton Rush, yang berada di dalam Titan yang hilang.

Oceangate merespons dengan memecat Lochridge. Perusahaan menggugatnya karena mengungkapkan informasi rahasia, dan ahli kapal selam tersebut menuntut balik atas pemecatan yang tidak adil. Gugatan tersebut kemudian diselesaikan. Melalui pengacaranya, Lochridge menolak berkomentar mengenai ini.

Dokumen pengadilan juga menyatakan, Lochridge mengetahui bahwa produsen jendela depan Titan hanya mensertifikasi hingga kedalaman 1.300 meter. Sementara, reruntuhan kapal Titanic berada di kedalaman 3.800 meter di bawah permukaan laut.

Diketahui, penyelaman kapal selam ke reruntuhan Titanic biasanya berlangsung sekitar 10 hingga 11 jam.

Sedangkan David Pogue, seorang reporter CBS, yang menaiki Titan tahun lalu, dalam laporan Bulan Desember membacakan dengan lantang surat pernyataan yang harus dia tanda tangani, yang menyatakan bahwa kapal selam itu "belum disetujui atau disertifikasi oleh badan pengatur mana pun".

Dalam sebuah wawancara pada Hari Selasa, Pogue mengatakan OceanGate telah berhasil menjelajahi bangkai kapal sekitar dua lusin kali dan perusahaan melakukan pemeriksaan keamanan yang cermat sebelum setiap penyelaman.

"Mereka memperlakukan benda ini seperti peluncuran ruang angkasa," katanya, seperti dilansir dari Reuters.

Pihak berwenang belum mengonfirmasi identitas mereka yang berada di dalam Titan. Namun, sejumlah laporan menyebutkan nama miliarder Inggris Hamish Harding dan pengusaha kelahiran Pakistan Shahzada Dawood bersama putranya Suleman, yang keduanya warga negara Inggris.

Penjelajah Prancis Paul-Henri Nargeolet serta Stockton Rush, pendiri dan CEO OceanGate Expeditions, juga dilaporkan ikut serta.

Terkait