JAKARTA - Tim SAR akan terus melakukan pencarian submersible berawak Titan yang hilang saat hendak menuju reruntuhan Kapal Titanic, kendati pejabat berwenang mengakui hal tersebut rumit dan sangat kompleks.
First District Commander (D1) US Coast Guard Rear Admiral John Mauger yang memimpin misi pencarian dalam wawancara dengan CBS mengatakan, pencarian Titan juga melibatkan mitra internasional.
Dia mengatakan bahwa ini akan terus menjadi pencarian yang rumit, dan pikirannya bersama para kru dan keluarga mereka.
"Pencarian ini 'sangat kompleks' dan para mitra dari komunitas internasional bekerja untuk menemukan kapal tersebut," ujarnya seperti melansir BBC 21 Juni, menambahkan pikirannya tertuju pada para kru dan keluarga mereka.
Dikatakannya, sebuah pesawat dengan pelampung sonar berhasil mendeteksi suara bawah air di lokasi pencarian, tetapi belum ada kepastian mengenai itu.
"kami tidak tahu sumber suara itu. Banyak benda logam di lokasi Titanic, yang bisa jadi merupakan sumber kebisingan," tandasnya.
"Itu menjadi target, fokus bagi kami dengan kapal-kapal dikerahkan di dekatnya. Tim akan terus mencari selama masih ada kesempatan untuk bertahan hidup," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Penjaga Pantai AS mengatakan di Twitter, sebuah kapal permukaan, Polar Prince, kehilangan Titan yang diluncurkannya sekitar satu jam dan 45 menit setelah memulai penyelaman ke arah lokasi reruntuhan Titanic pada Hari Minggu pagi.
BACA JUGA:
Diketahui, reruntuhan Titanic, kapal laut Inggris yang menabrak gunung es dan tenggelam dalam pelayaran perdananya pada April 1912, terletak sekitar 900 mil (1.450 km) timur Cape Cod, Massachusetts, dan 400 mil (644 km) selatan St. Louis. John's, Newfoundland.
Pihak berwenang belum mengonfirmasi identitas mereka yang berada di dalam Titan. Namun, sejumlah laporan menyebutkan nama miliarder Inggris Hamish Harding dan pengusaha kelahiran Pakistan Shahzada Dawood bersama putranya Suleman, yang keduanya warga negara Inggris.
Penjelajah Prancis Paul-Henri Nargeolet serta Stockton Rush, pendiri dan CEO OceanGate Expeditions, juga dilaporkan ikut serta.