Tak Mau Strategi Indonesia Emas 2045 Pakai Istilah Absurd, Jokowi: Pengembangan? Penguatan? Apa Itu? Harus <i>To The Point</i>!
Presiden Joko Widodo (Foto: Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengaku tak mau strategi yang dijalankan pada visi Indonesia Emas 2045 menggunakan istilah-istilah dengan bahasa yang mengambang.

Kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Jokowi meminta rencana pembangunan jangka panjang negara (RPJPN) yang memuat strategi menuju Indonesia Emas 2045 harus diuraikan dengan lebih taktis dan detail.

"Kita berhadapan dengan kompetsi negara negara lain. Enggak bisa lagi kita kayak dulu, memakai istilah absurd. Pengembangan, apa itu pengembangan? Penguatan, apa itu penguatan? Pemberdayaan? harus to the point apanya! Harus taktis, untuk membawa kapal besar indonesia mencapai Indonesia Emas 2045," kata Jokowi dalam peluncuran Indonesia Emas 2045 di Djakarta Theater, Kamis, 15 Juni.

Menurut Jokowi, strategi besar pemajuan Indonesia yang disertai rencana dan visi taktis serta berani mengeksekusi penting untuk membawa kapal besar bangsa Indonesia menggapai cita-cita indonesia 2045 menjadi 5 besar ekonomi dunia.

"Peluangnya ada, hitung-hitungannya benar semua. Dari Bappenas saya udah dengar kalkulasinya, dari IMF syaa sudah dengar hitungannya, dari world bank juga saya sudah dengar hitungannya, hampir mirip-mirip, tapi tantangannya itu juga tidak mudah," tutur Jokowi.

Lalu, Jokowi mengungkapkan hal-hal pokok yang menjadi acuan Indonesia untuk menwujudkan Indonesia Emas 2045. Hal pertama, Indonesia mesti terjaga stabilitasnya dari suatu konflik yang melanda negara.

"Tidak ada satu negara pun yang berhasil mencapai sehuah kemakmuran saat kondisinya tidak stabil, tunjukkan negara mana. Saat negaranya terpecah, tidak akan mencapai kemakmuran. Negara itu berkonflik, engga akan tercapai namanya kemakmuran. Kisruh terus, enggak akan tercapai kemakmuran," ujar Jokowi.

Selanjutnya, Jokowi menekankan pentingnya keberlanjutan dan kesinambungan dalam menjalankan kepemimpinan sebuah negara, terutama mencapai visi dan mimpi besar bangsa Indonesia.

"Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet, bukan meteran pom bensin (stasiun pengisian bahan bakar). Kalau meteran pom bensin mulai dari nol ya, apakah kita mau begitu? Ndak kan. Masak kaya meteran pom bensin," tutur Jokowi.

Eks Gubernur DKI Jakarta ini menekankan bahwa kepemimpinan yang berkelanjutan dan berkesinambungan merupakan aspek penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

"Mestinya, kalau sudah dari TK, SD, SMP, maka kepemimpinan berikutnya masuk SMA, (lalu) universitas, nanti berikutnya S2, S3. Tidak maju mundur, (seperti tarian) poco poco," ungkap Jokowi yang disambut gelak tawa hadirin acara tersebut.

Berikutnya, Jokowi menekankan pentingnya pembangunan indonesiasentris yang bertumpu pada hilirisasi industri. Menurut Jokowi, Indonesia bisa melompat menjadi setara negara maju jika berhasil membangun hilirisasi industri.

"Membangun, misalnya, perusahaan hilirisasi mineral membangun ekosistem EV (electric vehicle) battery, bagaimana yang dulu yang kita ekspor hanya mentahan, nikel ekspor hanya mentahan bisa jadi lithium battery," tutur Jokowi.