Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat telah menyampaikan keprihatinannya kepada Pemerintah Kuba, mengenai kabar akan adanya pangkalan mata-mata baru China di wilayah negara itu, kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.

Kirby mengatakan, hubungan bilateral dengan China sedang tegang saat ini. Namun, Presiden Joe Biden berkomitmen untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.

Dalam sebuah briefing di Gedung Putih Kirby mengatakan, dia tidak mengharapkan laporan terbaru tentang pangkalan mata-mata China di Kuba, akan mempengaruhi kunjungan yang direncanakan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China akhir pekan ini.

"Kami memahami bahwa hubungan bilateral dengan Tiongkok sedang tegang saat ini, dan tidak ada yang berubah tentang fakta bahwa presiden ingin menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dengan RRT," kata Kirby kepada para wartawan, dengan menggunakan inisial Republik Rakyat Tiongkok, melansir Reuters 13 Juni.

The Wall Street Journal pekan lalu mengutip pejabat AS yang mengatakan, upaya mata-mata Tiongkok sedang berlangsung di Kuba. China pada Hari Senin membantah bahwa mereka menggunakan Kuba sebagai pangkalan mata-mata.

Sementara, Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez pada Hari Senin kembali menolak tuduhan tersebut sebagai hal yang salah, dan menganggapnya sebagai rekayasa AS yang dimaksudkan untuk membenarkan embargo ekonomi yang telah berlangsung selama beberapa dekade terhadap negara tersebut.

Sedangkan Menlu Blinken mengatakan kepada wartawan pada Hari Senin, upaya China di Kuba adalah bagian dari dorongan global oleh Beijing untuk memperluas kehadirannya di luar negeri. Tetapi, tindakan AS sejak Presiden Biden berkuasa pada Januari 2021 telah "memperlambat upaya ini."