JAKARTA - Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari. Jatuhnya pesawat diumumkan pada malam hari. Pemerintah dan otoritas terkait langsung mempersiapkan operasi SAR untuk mencari keberadaan pesawat.
Esok paginya pada Minggu, 10 Januari, posko-posko telah didirikan di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Posko darurat berbentuk tenda tersebut milik Basarnas, Kementerian Perhubungan, TNI, Polri, serta relawan dan instansi lainnya.
Tim SAR mulai berhasil menemukan serpihan pesawat hingga potongan tubuh korban pada Minggu, 10 Januari siang. Temuan tersebut dibawa ke Posko JICT II menggunakan kapal.
Sesampai di posko, Basarnas menyerahkan temuan potongan tubuh kepada tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri untuk diidentifikasi. Sementara, serpihan pesawat dibawa ke Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diteliti lebih lanjut.
Pada Selasa, 12 Januari tim SAR dari TNI Angkatan Laut menemukan black box dengan jenis flight data recorder (FDR) sekitar pukul 16.40 WIB. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut kondisi FRD telah terlepas dari underwater locator beacon atau alat pemancar sonar. Beacon FDR telah lebih dahulu ditemukan beberapa jam sebelum FDR ditemukan.
“KSAL melaporkan FDR sudah ditemukan dan dilaporkan pula bahwa underwater beacon ditemukan sebayak dua. Artinya CVR masih perlu dicari dengan tanpa adanya bantuan beacon tersebut,” kata Marsekal Hadi pada Selasa, 12 Januari.
Beacon black box jenis cockpit voice recorder (CVR) juga telah ditemukan di hari yang sama, terlepas dari mesin intinya. Dengan demikian, tim SAR masih harus mencari black box tanpa bantuan pemancar sinar.
Hari berselang, operasi SAR memasuki hari ketujuh pada tanggal 14 Januari. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Pencarian dan Pertolongan, disebutkan masa pencarian korban berlangsung selama tujuh hari dan bisa diperpanjang sesuai kebutuhan.
Melihat kemungkinan. Akhirnya, Basarnas mengumumkan pencarian diperpanjang selama tiga hari hingga tanggal 18 Januari. Kemudian, operasi SAR Sriwijaya Air kembali diperpanjang sampai 21 Januari.
Selama proses pencarian, tim SAR sempat mengalami kendala. Cuaca buruk seperti awan mendung, hujan, gelombang tinggi, hingga arus yang deras menyulitkan tim penyelam untuk mencari korban dan material pesawat di bawah air.
Bahkan, sejumlah kapal harus menepi di dekat pantai dan menurunkan lego jangkar untuk bertahan dari gelombang tinggi yang bisa mencapai 2,5 meter tersebut.
Selama beberapa hari terakhir, temuan yang diserahkan dari tim SAR ke Posko JICT tidak sebanyak masa awal pencarian. Peta sektor pencarian juga diperkecil, dari enam sektor menjadi empat sektor.
"Di bawah itu sudah banyak yang kita bersihakan, sudah kita angkat, sehingga lebih efektif ketika kita mempersempitnya. Mudah-mudahan, dengan mempersempit itu, dikerjakan dengan ramai-ramai, besar kemungkinan kita bisa menemukan isian dari CVR," kata Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Rasman MS.
Sampai akhirnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan bahwa operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 resmi ditutup pada hari ketiga belas pencarian, yakni Kamis, 21 Januari.
"Hari ini adalah hari terakhir perpanjangan daripada operasi Basarnas. Dengan berbagai pertimbangan, kita menutup operasi SAR hari ini," kata Budi di Posko Terpadu JICT II, Jakarta Utara, Kamis, 21 Januari.
Penutupan operasi SAR diputuskan setelah melalui pertimbangan teknis, hasil temuan korban, efektivitas, pertemuan beberapa kali dengan pihak keluarga korban, serta masukan-masukan dari unsur di lapangan.
Meski operasi terpadu dihentikan, tim SAR tetap akan melanjutkan pencarian. Budi menyebut operasi lanjutan akan dipindahkan, dari sebelumnya di Posko JICT II, Tanjung Priok, menuju posko di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
BACA JUGA:
Operasi lanjutan di Pulau Lancang akan dipimpin oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dengan bantuan tim SAR dari Basarnas, TNI, dan Polri.
"Kami berkomitmen tetap melakukan upaya-upaya dan mengalihkan lead (komando) ke KNKT untuk melakukan operasi lanjutan yang ada di Pulau Lancang," ujar Budi.
Dalam operasi ini, KNKT akan fokus mencari black box dengan jenis cockpit voice recorder (CVR) yang sampai saat ini belum ditemukan. Sementara, black box flight data recorder (FDR) telah ditemukan sejak Selasa, 12 Januari.
"Kita harapkan dari doa masyarakat semuanya dalam operasi lanjutan ini juga ada unsur bantuan dari SAR. Jadi di dalam operasi pencarian CVR, kami juga akan melihat jika ada sesuatu, akan kami laporkan ke Basarnas," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.
Berdasarkan operasi SAR sejak hari pertama sampai terakhir, total temuan tim SAR sebanyak 325 kantong jenazah berisi bagian tubuh atau body parts. Kemudian, material pesawat sebanyak 119, dengan rincian 68 kantong kecil yang berisi serpihan pesawat dan 55 potongan besar pesawat.
Kini, penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih diteliti oleh KNKT menggunakan analisis data black box FDR. KNKT juga berharap CVR segera ditemukan dalam operasi lanjutan agar penyebab jatuhnya pesawat segera terungkap.