Bagikan:

JAKARTA - Iran berhasil melakukan uji coba peluncuran rudal balistik dengan potensi jarak tempuh 2.000 km pada Hari Kamis, kata media pemerintah, dua hari setelah Panglima Angkatan Bersenjata Israel meningkatkan prospek "tindakan" terhadap Teheran atas program nuklirnya.

Iran, mengatakan bahwa persenjataannya mampu menjangkau pangkalan-pangkalan musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat, di wilayah tersebut.

Meskipun ditentang oleh AS dan Eropa, Pemerintah Teheran mengatakan mereka akan terus mengembangkan program rudal "pertahanan".

"Pesan kami kepada musuh-musuh Iran adalah, kami akan mempertahankan negara dan pencapaiannya. Pesan kami kepada teman-teman, kami ingin membantu stabilitas regional," kata Menteri Pertahanan Iran Mohammad Reza Gharaei Ashtiani, melansir Reuters 25 Mei.

TV pemerintah menyiarkan beberapa detik cuplikan dari apa yang dikatakannya sebagai peluncuran versi upgrade rudal balistik Khoramshahr 4 Iran dengan jangkauan 2.000 km (1.243 mil) dan mampu membawa hulu ledak seberat 1.500 kg (3.300 pon).

Sementara, kantor berita pemerintah IRNA mengatakan, rudal berbahan bakar cair tersebut diberi nama "Kheibar", merujuk pada sebuah kastil Yahudi yang diserbu oleh para pejuang Muslim pada masa-masa awal Islam.

"Fitur-fitur luar biasa dari rudal Kheibar yang dibuat di dalam negeri, termasuk persiapan dan waktu peluncuran yang cepat, yang membuatnya menjadi senjata taktis di samping senjata strategis," jelasnya.

Diketahui, Israel melihat Iran sebagai ancaman eksistensial. Iran mengatakan, rudal balistiknya merupakan kekuatan penangkal dan pembalasan yang penting untuk melawan Amerika Serikat, Israel dan musuh-musuh regional lainnya.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, mereka tidak mengomentari hal-hal seperti peluncuran rudal yang dilakukan Teheran.

Diberitakan sebelumnya, jenderal tertinggi Israel memperdebatkan kemungkinan aksi militer terhadap Iran, karena upaya enam negara dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015 telah terhenti sejak September lalu, di tengah meningkatnya kekhawatiran Barat akan kemajuan nuklir Teheran yang semakin cepat.