Bagikan:

JAKARTA - Tersangka utama klinik aborsi berinisial S dapat meraup keuntungan mencapai ratusan juta perbulan dari bisnis ilegal tersebut. Pasalnya, pelaku mamatok tarif Rp 4 hingga 9 juta perorang pasien aborsi.

"Per hari, pasien aborsi ada 5 sampai 8 orang. Tarif biaya aborsi mulai 4 - 9 juta rupiah per orang. Rata-rata pemasukan pelaku per hari dapat Rp20 juta," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Dimas Prasetyo kepada wartawan, Jumat, 19 Mei.

Meski pemasukan dari bisnis ilegal tersebut sangat menggiurkan, ironisnya para pelaku praktik aborsi tidak memiliki keahlian khusus tentang kandungan.

"Tersangka tidak ada kemampuan dan keahlian medis tidak punya kemampuan medis sama sekali. Dia belajar otodidak," ucapnya.

Bahkan, setelah janin pasien disedot menggunakan vacum, para pelaku tega menghancurkan janin menggunakan cairan kimia jenis Hcl.

"Janin dilarutkan oleh Hcl. Jadi mereka taruh di ember plastik dan dimasukan cairan Hcl kemudian dibuang ke toilet," jelasnya.

Komplotan pelaku klinik aborsi tersebut merupakan pindahan dari tempat operasi di Jakarta Pusat. Sebelumnya, komplotan tersebut melancarkan operasinya di Jakarta Pusat.

"Mereka pindahan dari Jakarta Pusat. Mereka sebelumnya beroperasi di Jakarta Pusat selama 6 bulan. Dalam aksinya, mereka juga menggunakan obat bius yang didapatkan secara ilegal. Kami masih telusuri pemasok obat bius ini," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Timur berhasil menggulung komplotan dokter abal-abal di Klinik Aborsi kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sebanyak 5 orang tersangka berhasil ditangkap dari beberapa lokasi berbeda.

Dalam kasus ini, tersangka utama merupakan seorang wanita berinisial S yang melakukan praktek aborsi. Sementara tersangka lainnya memiliki peran berbeda.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Leonardus Simarmata mengatakan, dari 5 orang tersangka mereka memiliki peran berbeda.

"Tersangka S merupakan pelaku utama yang melakukan praktek aborsi. Tersangka inisial HH berperan membantu tersangka utama untuk aborsi," kata Kombes Leonardus kepada wartawan, Jumat, 19 Mei.