Kelaparan dan Masuk Peternakan Warga Kenya, Salah Satu Singa Tertua di Dunia Tewas Dibunuh
Singa Loonkito. (Twitter/@lionguardians)

Bagikan:

JAKARTA - Loonkito, yang mungkin merupakan salah satu singa tertua di dunia, telah dibunuh di Kenya dalam usia 19 tahun, menurut konservasi Lion Guardians, buntut dari konflik klasik antara manusia dengan hewan liar.

Singa itu dibunuh pada Hari Rabu pekan lalu oleh pemilik kandang ternak, yang dimasuki Loonkito pada tengah malam untuk mencari mangsa karena kelaparan, kata organisasi tersebut.

Dia adalah "singa jantan tertua di ekosistem kami dan mungkin di Afrika," kata Lion Guardians, yang mengumumkan kepergiannya "dengan berat hati," dilansir dari CNN 16 Mei.

"Dia adalah simbol ketahanan dan hidup berdampingan. Kami di Lion Guardians merasa terhormat telah menjadi saksi hidup dan warisannya," tambahnya.

Organisasi ini mengaitkan umur panjang singa-singa liar yang lebih tua belakangan ini, dalam lanskap di mana "satu dekade yang lalu, kami tidak memiliki singa yang bertahan hidup melewati usia 10 tahun," dengan upaya komunitas lokal yang berbagi lahan dengan kucing besar.

Peningkatan dramatis dalam permintaan energi dan material selama 50 tahun terakhir, telah membuat manusia dan singa bersaing untuk mendapatkan ruang dan sumber daya, menurut situs web World Wildlife Fund (WWF).

Singa akan melakukan perjalanan jauh, terkadang menjelajah ke luar kawasan lindung, untuk mencari mangsa ketika sumber makanan mereka berkurang, dan dapat menimbulkan risiko bagi komunitas manusia ketika mereka memangsa ternak mereka.

Ironisnya, para petani sering membunuh mereka sebagai pembalasan atau untuk mencegah konflik.

Sayangnya, Loonkito "terjebak dalam dinamika ini," sebut Lion Guardians.

Diketahui, Kenya telah mengalami kekeringan terburuk dalam empat dekade terakhir. Organisasi tersebut mengatakan, akhir dari kekeringan biasanya ditandai dengan peningkatan konflik antara manusia dan singa, karena mangsa liar menjadi lebih sulit untuk diburu dan pemilik ternak menjadi "sangat waspada" setelah kehilangan begitu banyak hewan.

Insiden ini "merupakan situasi yang sulit bagi kedua belah pihak, manusia dan singa," tambah organisasi itu.