JAKARTA - Para pejabat Rusia pada Hari Senin mengecam komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron, bahwa Moskow menjadi tunduk pada Tiongkok, mengatakan negara-negara Barat harus membiasakan diri dengan dunia yang ditopang oleh hubungan dekat Kremlin dengan Beijing.
Kritik Rusia berfokus pada sebuah wawancara yang diberikan Presiden Macron kepada harian Paris, l'Opinion, di mana Ia mengecam isolasi Kremlin yang disebabkan oleh invasi ke Ukraina lebih dari 14 bulan yang lalu.
"(Rusia) secara de facto telah memulai suatu bentuk vasalisasi dengan China dan telah kehilangan akses ke Baltik yang sangat penting bagi mereka, karena hal ini telah mendorong keputusan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan Nato," ujar Presiden Macron seperti yang dikutip dalam harian tersebut, melansir Reuters 16 Mei.
"Hal ini tidak terpikirkan dua tahun yang lalu," tandasnya.
Polemik ini tampaknya berfokus pada pembicaraan antara pemimpin Kremlin Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Moskow pada Bulan Maret, di mana mereka mengatakan akan memperdalam kemitraan strategis mereka dengan memasuki "era baru".
Terkait itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, hubungan Rusia dengan Cina adalah hubungan mitra strategis dan tidak ada hubungannya dengan ketergantungan.
Sementara, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan, Paris telah disibukkan dengan hubungan Moskow yang semakin kuat dengan China, serta perubahan yang tersirat bagi tatanan dunia.
BACA JUGA:
"Barat pada umumnya tampak takut akan terbentuknya sistem hubungan internasional yang benar-benar multilateral di depan mata kita, yang mencakup beberapa pusat independen yang terpisah, terutama Rusia dan China," tulis Grushko dalam sebuah pernyataan di situs web kementerian.
"Dalam lanskap dunia yang terus berkembang ini, tak terelakkan bahwa E. Macron, bersama dengan para pemimpin lain di Barat harus mendamaikan diri mereka sendiri dengan realitas hubungan yang kuat, adil dan saling menghormati antara Moskow dan Beijing,"