Konflik Manusia dengan Hewan Liar Memburuk, 10 Singa Terbunuh di Kenya
Ilustrasi singa di Maasai Mara, Kenya. (Wikimedia Commons/Byrdyak)

Bagikan:

JAKARTA - Sepuluh ekor singa telah terbunuh di Kenya selatan dalam dua pekan terakhir, termasuk enam ekor pada Hari Sabtu minggu lalu, seiring dengan meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah tersebut, menurut Kenya Wildlife Service (KWS).

Ini adalah "jumlah singa yang luar biasa besar yang dibunuh sekaligus," kata juru bicara KWS kepada CNN, seperti dilansir 15 Mei.

Hal ini terjadi setelah para ahli konservasi mengumumkan pembunuhan salah satu singa tertua di Afrika, Loonkiito, pada usia 19 tahun pada awal pekan lalu.

Loonkiito keluar dari kawasan lindung dan masuk ke kandang ternak karena "kelaparan", kemudian dibunuh oleh pemilik ternak, menurut organisasi konservasi Lion Guardians.

Organisasi tersebut mengatakan, ujung dari kekeringan biasanya ditandai dengan peningkatan konflik antara manusia dan singa, karena mangsa liar menjadi lebih sulit untuk diburu dan pemilik ternak menjadi "sangat waspada" setelah kehilangan begitu banyak hewan.

Diketahui, Kenya telah mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir.

singa di kenya
Ilustrasi singa di Taman Nasional Amboseli, Kenya. (Wikimedia Commons/rcrhee)

Enam singa yang mati pada Hari Sabtu pekan lalu, telah membunuh 11 kambing dan satu anjing, kata KWS dalam sebuah siaran pers.

Singa-singa tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Amboseli di Kajiado, sebuah situs cagar biosfer UNESCO di dekat Gunung Kilimanjaro, menurut PBB.

Terkait itu, KWS mengadakan pertemuan pada Hari Sabtu pekan lalu yang dihadiri oleh penduduk setempat dan pejabat pemerintah, untuk membahas pembunuhan baru-baru ini.

"Diskusi berpusat pada eksplorasi cara-cara untuk meminimalkan risiko konflik antara manusia dan satwa liar, termasuk mengembangkan sistem peringatan dini untuk memperingatkan masyarakat akan keberadaan satwa liar di sekitar mereka," terang KWS.

"Diskusi lebih lanjut berpusat pada gambaran yang lebih luas untuk mengeksplorasi konflik manusia-satwa liar dalam konteks mata pencaharian masyarakat dan pembagian manfaat menuju koeksistensi yang harmonis dalam lanskap masyarakat dan satwa liar yang terbuka," tambah KWS.

Mengutip Reuters, penduduk di sekitar cagar alam di Kenya sering mengeluhkan bahwa singa dan karnivora lainnya membunuh hewan ternak dan, peliharaan karena manusia dan satwa liar bersaing untuk mendapatkan ruang dan sumber daya.

Diketahui, Taman Nasional Amboseli yang memiliki luas 39.206 hektar merupakan rumah bagi beberapa hewan buruan yang paling berharga, termasuk gajah, cheetah, banteng dan jerapah.