Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Iran kembali menyita kapal tanker minyak asing di Perairan Teluk pada Hari Rabu, kedua dalam dalam seminggu, sementara Departemen Luar Negeri AS menyerukan pembebasannya, dalam eskalasi terbaru dalam serangkaian penyitaan atau serangan terhadap kapal komersial di perairan Teluk sejak 2019.

Armada Kelima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain mengatakan, kapal tanker minyak berbendera Panama Niovi ditangkap oleh Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGCN) pada pukul 6:20 pagi waktu setempat saat melewati Selat Hormuz, seperti dilansir dari Reuters 4 Mei.

Dalam tanggapan pertama Iran, jaksa Teheran mengumumkan kapal tanker minyak itu disita atas perintah pengadilan menyusul pengaduan dari penggugat, kata kantor berita pengadilan Mizan. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

Kapal tanker minyak Niovi sedang melakukan perjalanan dari Dubai (UEA) menuju pelabuhan Fujairah UEA ketika dipaksa oleh kapal IRGCN untuk mengubah arah menuju perairan teritorial Iran, kata AL AS.

Niovi terakhir melaporkan posisinya pada 02:31 GMT pada Hari Rabu di lepas pantai Oman, tepatnya di Selat Hormuz menuju Fujairah, menurut data pelacakan kapal Refinitiv.

Menurut database pengiriman Organisasi Maritim Internasional, pemilik Niovi adalah Grand Financing Co., sementara pengelolanya adalah Smart Tankers yang berbasis di Yunani, yang tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Terpisah, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan kepada wartawan, Pemerintahan Presiden Joe Biden dan "komunitas internasional" meminta Iran dan Angkatan Lautnya untuk melepaskan kapal dan awaknya.

"Pelecehan Iran terhadap kapal serta campur tangan hak navigasi di perairan regional dan internasional, bertentangan dengan hukum internasional dan mengganggu stabilitas dan keamanan regional," kritik Patel.

Sebelumnya, Iran menyita sebuah kapal tanker minyak berbendera Kepulauan Marshall di Teluk Oman yang disebut Advantage Sweet pada Kamis pekan lalu. Kapal tanker itu ditahan oleh otoritas Iran di Bandar Abbas, kantor pendaftaran bendera Kepulauan Marshall pada Hari Selasa.

Sementara itu, perusahaan keamanan maritim Ambrey mengatakan pihaknya percaya penyitaan Advantage Sweet adalah tanggapan atas penyitaan baru-baru ini melalui perintah pengadilan oleh Amerika Serikat, atas kargo minyak di atas kapal tanker Kepulauan Marshall Suez Rajan.

Diketahui, sekitar seperlima dari minyak mentah dan produk minyak dunia melewati Selat Hormuz, titik persimpangan antara Iran dan Oman, menurut data dari perusahaan analitik Vortexa.

"Aktivitas militer yang meningkat dan ketegangan geopolitik di wilayah ini terus menimbulkan ancaman serius bagi kapal komersial," kata registri bendera Kepulauan Marshall dalam sebuah peringatan pada Hari Selasa.

"Terkait dengan ancaman ini adalah potensi kesalahan perhitungan atau kesalahan identifikasi, yang dapat mengarah pada tindakan agresif."

Sejak 2019, telah terjadi serangkaian serangan terhadap pelayaran di perairan Teluk yang strategis, pada saat terjadi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.

Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menghidupkan kembali pakta nuklir Iran tahun 2015 dengan kekuatan dunia telah terhenti sejak September karena berbagai masalah, termasuk tindakan keras Teheran terhadap pengunjuk rasa, penjualan drone Teheran ke Rusia hingga percepatan program nuklirnya.