JAKARTA - Setelah mengudara selama empat menit dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju Bandara Supadio, Pontianak, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hilang kontak dan belakangan dinyatakan jatuh di perairan Kepulauan Seribu tepatnya di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Setelah proses pencarian yang dilakukan oleh Tim Search and Rescue (SAR) dari berbagai elemen, sejumlah bagian tubuh atau body part penumpang pesawat ini dapat ditemukan dan kini Tim Disaster Victim Organization (DVI) Polri telah berhasil mengidentifikasi 17 orang.
Lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu, 9 Januari pukul 14.36 pesawat yang dikemudikan oleh Kapten Afwan ini tiba-tiba hilang dari radar setelah sempat melakukan manuver ke arah barat laut atau arah yang tidak diperintahkan oleh Air Trafic Controller (ATC). Selanjutnya, pesawat yang membawa 50 penumpang terdiri dari 43 dewasa, 7 anak, dan 3 bayi dinyatakan jatuh oleh pihak otoritas.
Tim SAR pun bergerak cepat usai titik pesawat jatuh ditemukan. Di laut, selain berupaya menemukan kontak hitam berisi cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) untuk menganalisis penyebab jatuhnya pesawat ini, tim ini juga berupaya mencari jasad penumpang maupun barang-barang lainnya.
Sementara di darat, Tim DVI Polri berupaya untuk mengumpulkan data dari keluarga para penumpang. Salah satu caranya adalah dengan membuka Posko Antemortem di Pontianak maupun di RS Polri Kramat Jati, sehingga pihak keluarga bisa menyerahkan data yang diperlukan untuk keperluan identifikasi termasuk sampel DNA.
Kantong jenazah yang berisi bagian tubuh penumpang pun mulai berdatangan ke RS Polri untuk kemudian diidentifikasi. Selanjutnya, Senin, 11 Januari, Tim DVI yang terdiri dari puluhan ahli mulai dari ahli forensi hingga antropologi berhasil mengidentifikasi salah satu penumpang atas nama Okky Bisma yang merupakan pramugara pesawat nahas tersebut.
Kepala Pusat Inafis Polri Brigjen Hudi Suryanto mengatakan Okky dapat teridentifikasi melalui pencocokan sidik jari dari data antemortem dan postmortem. Selain itu, pencocokan ini juga dibantu dengan data dari perekaman kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang digunakan pada alat khusus untuk membaca sidik jari.
"Ketika sidik jari dihubungkan dengan alat khusus, langsung terhubung dengan database yang ada di dukcapil dan memunculkan (nama, red) kandidat," jelasnya kepada wartawan di RS Polri.
Nama Okky yang terdapat pada data yang muncul dari alat berdasarkan sidik jari itu kemudian dicocokkan dengan manifest yang sudah diterima oleh Tim DVI dan hasilnya dia terdaftar sebagai penumpang nomor empat. Adapun hasil pencocokan tersebut identik dan tidak mungkin salah karena ditemukan 12 titik kesamaan dan hal ini tidak mungkin salah.
Setelah nama Okky Bisma menjadi penumpang pertama yang berhasil diidentifikasi, secara berturut-turut tim ini juga berhasil mengidentifikasi 16 orang lainnya di hari selanjutnya.
Pada Selasa, 12 Januari, terdapat tiga orang yang berhasil diidentifikasi yaitu Fadly Satrianto yang merupakan kru ekstra atau kopilot dari NAM Air yang akan membawa pesawat dari Bandara Supadio, Pontianak; Asy Habul Yamin; dan Khasanah. Berikutnya, pada Rabu, 13 Januari ada dua penumpang yang teridentifikasi yaitu Agus Minarni dan Indah Halimah Putri.
Selanjutnya, pada Kamis, 14 Januari terdapat enam orang yang berhasil diidentifikasi mereka adalah Ricko; Ihsan Adhlan Hakim; Supianto; Pipit Piyono; Mia Tresetyani yang merupakan pramugari; dan Yohanes Suhardi. Lalu pada Jumat, 15 Januari, Tim DVI berhasil mengidentifikasi Toni Ismail, Dinda Amelia, Isti Yudha Prastika yang merupakan kru ekstra dan seorang pramugari, Putri Wahyuni, dan Rahmawati.
Dari total 17 penumpang yang berhasil diidentifikasi ini, tercatat baru lima orang teridentifikasi melalui DNA. Mereka adalah Ricko, Pipit Priyono, Rahmawati, Putri Wahyuni, dan Dinda Amelia.
BACA JUGA:
Bagaimana proses identifikasi menggunakan DNA dilakukan?
Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombes Ratna mengatakan, proses pengidentifikasian jenazah melalui DNA memang harus melalui proses yang panjang. Dia menegaskan proses ini tidaklah semudah pengecekan kesehatan atau kadar kolestrol dari sampel darah yang bisa secepat mungkin mendapatkan hasilnya.
"Jadi yang pertama setelah kita mendapat sampel harus kita lihat dulu sampelnya. Apakah bisa kita pakai atau mana yang kira-kira memungkinkan akan muncul DNA-nya setelah itu baru diekstraksi dan ada proses selanjutnya," kata Ratna kepada wartawan.
Keadaan bagian tubuh atau body part juga berpengaruh. Karena bagian tubuh ditemukan terendam di air maka sterilisasi harus dilakukan.
"Body part itu ada terendam di dalam air, ini memang menjadi tantangan kita untuk lebih teliti dan lebih hati-hati, karena DNA itu harusnya steril, pemeriksaan DNA itu harus steril," ujarnya.
Sehingga, sebelum menjalankan identifikasi bagian tubuh perlu disterilisasi terlebih dulu agar tak terkontaminasi dengan sel dari bagian lain yang ditemukan di satu lokasi.
Seluruh proses ini, ungkap Ratna, tak boleh dilewatkan dan sembarang dilakukan. Sebab, jika ada satu proses yang terlewat maka bagian tubuh dari penumpang tidak akan teridentifikasi.
"Kalau di post mortem mungkin sudah dipisahkan di TKP mungkin sudah dipisahkan, tetapi secara sel, secara sel juga harus dipisah lagi inilah yang memerlukan tahapan-tahapan itu, dan tahapan-tahapan itu tidak boleh dilewati karena kalau dilewati nanti hasilnya tidak akan muncul," ujarnya.
Hal ini sangat berbeda dengan pengidentifikasian menggunakan sidik jari. Kata dia, identifikasi dengan sidik jari lebih mudah karena sudah ada database dari Dukcapil Kemendagri.
Meski menghadapi kesulitan-kesulitan tertentu, namun, Polri melalui Tim DVI dipastikan akan terus mengidentifikasi para penumpang pesawat ini sehingga bisa dikembalikan kepada keluarga.
"Tim akan bekerja sampai body part tidak ada lagi," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono.
Identifikasi ini bakal dilakukan terus agar pihak keluarga penumpang mendapat kepastian. "Kami akan bekerja optimal dan memberi kepastian pada keluarga korban," tegasnya.
Pernyataan ini pun bukan hanya sekali dilontarkan. Setelah menyebut telah mengidentifikasi 17 penumpang per hari ini, Rusdi juga mengulangi pernyataan yang sama dan berharap seluruh penumpang dapat teridentifikasi karena pihaknya telah berhasil mengumpulkan 62 sampel DNA dari keluarga para penumpang.
"Sampel DNA untuk 62 korban sudah lengkap. Jadi sampel DNA untuk semua korban yang berhasil terkumpul sudah 140," ungkap Rusdi.
"Mudah-mudahan ke depan bisa identifikasi kembali dan tentunya ini menjadi harapan besar keluarga korban agar bisa membawa pulang jenazah," pungkasnya.