JAKARTA - Menteri Luar Negeri Park Jin menekankan pentingnya solidaritas saat umat Islam merayakan bulan suci Ramadan di Korea, saat menjadi tuan rumah makan malam buka puasa bersama akhir pekan lalu.
"Ramadan lebih dari sekedar bulan puasa. Ini adalah waktu solidaritas. Selama tiga tahun terakhir, kita semakin menyadari makna mendalam dari hubungan antarmanusia di dunia ini, yang mengingatkan kita bahwa tidak ada satu orang pun yang merupakan sebuah pulau," ujar Menteri Park menjelang acara buka puasa bersama, melansir Korea Times 27 Maret.
"Seluruh umat manusia memiliki penderitaan yang sama dan hal ini menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan. Namun, masih ada banyak orang di seluruh dunia yang mengalami penderitaan yang luar biasa - baik karena kemiskinan, bencana atau konflik," sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menlu Korea Selatan juga menyampaikan simpati kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama mereka yang terkena dampak gempa bumi baru-baru ini di Turki dan Suriah, menegaskan dukungan teguh Korea untuk wilayah yang terkena dampak.
Dalam kesempatan yang sama, Chafik Rachadi, duta besar Maroko untuk Korea dan Dekan Korps Diplomatik Arab di Seoul, mencatat persahabatan yang semakin dalam antara Korea dan negara-negara Islam.
"Acara hari ini tidak hanya mempromosikan pemahaman persahabatan dan kerja sama antara Republik Korea dan negara-negara Arab dan Islam, tetapi juga berfungsi sebagai kesempatan untuk menyebarkan nilai-nilai universal agama, solidaritas, dan toleransi," ujar Rachadi.
Duta Besar Maroko menekankan sifat spiritual Ramadan, yang memperkuat prinsip-prinsip toleransi dan koeksistensi yang dianjurkan oleh Islam, menyatakan terima kasih kepada kementerian yang telah menyelenggarakan jamuan makan malam untuk memperingati acara tersebut.
"Hal ini menunjukkan bahwa Korea adalah masyarakat multikultural yang sangat menghargai Islam dan persahabatan. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menegaskan kembali keinginan kuat (komunitas Arab dan Islam), untuk bekerja sama dalam membangun persahabatan dan kemitraan jangka panjang antara negara kita dengan pemerintah dan rakyat Republik Korea," tandasnya.
Diketahui, Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan acara ini sejak tahun 2004 untuk mempromosikan pemahaman budaya. Namun, ini sempat terhenti pada tahun 2020 hingga 2022 karena pandemi COVID-19.
BACA JUGA:
Tahun ini, lebih dari 170 tamu menghadiri acara tersebut, termasuk para diplomat serta profesor, mahasiswa dan pebisnis dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Korea.
Mereka yang hadir antara lain, Profesor Emeritus Studi Arab Universitas Myongji, Choi Young-gil, yang merupakan orang Korea-Muslim pertama yang menerjemahkan Al-Quran secara penuh dari bahasa Arab ke bahasa Korea dan penerima Penghargaan Internasional King Faisal untuk Pelayanan terhadap Islam.
Ada pula profesor Universitas Alexandria, Sofia Elkhouly, yang dikenal dengan karya kaligrafinya yang menggabungkan bahasa Korea dan Arab, serta Mohammed Galal dan Hayder Albayati, pemenang Kompetisi Pitching Idea Start-up Korea-Arab tahun lalu hingga sederet artis Muslim seperti Samy Rashad, Oumaima Fatih, Zahid Hussain dan Kim Miso.