Bagikan:

JAKARTA - Presiden Xi Jinping mengatakan pada Hari Senin, proposal penyelesaian konflik Rusia-Ukraina yang diajukan oleh China, mencerminkan pandangan global dan berusaha untuk menetralisir konsekuensi yang ada meski diakuinya tidak mudah.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan jelang kunjungannya ke Moskow, kunjungan pertama oleh seorang pemimpin dunia sejak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Pemimpin Xi juga menyerukan "pragmatisme" mengenai Ukraina.

Proposal China, sebuah makalah 12 poin yang dirilis bulan lalu, mewakili "sebanyak mungkin persatuan pandangan masyarakat dunia," tulis Presiden Xi dalam sebuah artikel di Rossiiskaya Gazeta, melansir Reuters 20 Maret.

"Dokumen ini berfungsi sebagai faktor konstruktif dalam menetralisir konsekuensi dari krisis dan mempromosikan penyelesaian politik. Masalah-masalah yang kompleks tidak memiliki solusi yang sederhana," sambungya.

Sebuah resolusi damai untuk situasi di Ukraina, tulis Presiden Xi, juga akan "memastikan stabilitas produksi global dan rantai suplai."

Lebih jauh, Ia menyerukan sebuah "cara rasional" untuk keluar dari krisis ini, yang akan "ditemukan jika semua orang dipandu oleh konsep keamanan bersama, komprehensif, bersama dan berkelanjutan, serta melanjutkan dialog dan konsultasi dengan cara yang setara, bijaksana dan pragmatis."

Presiden Xi mengatakan, kunjungannya ke Rusia bertujuan untuk memperkuat persahabatan antara kedua negara, "kemitraan yang mencakup semua dan interaksi strategis," di dunia yang terancam oleh "tindakan hegemoni, despotisme dan penindasan."

"Tidak ada model pemerintahan universal dan tidak ada tatanan dunia, di mana kata yang menentukan adalah milik satu negara," tulis Presiden Xi.

"Solidaritas dan perdamaian global tanpa perpecahan dan pergolakan adalah kepentingan bersama seluruh umat manusia," tandasnya.

Diketahui, Presiden Xi berusaha untuk menampilkan China sebagai penggagas perdamaian global, memproyeksikannya sebagai kekuatan besar yang bertanggung jawab.

China sendiri secara terbuka tetap netral dalam konflik Ukraina, kendati mengkritik sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia dan menegaskan kembali hubungan dekatnya dengan Moskow.

Sementara, Amerika Serikat dan NATO baru-baru ini menuduh China mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Rusia, memperingatkan Beijing agar tidak melakukan hal tersebut. Tuduhan yang langsung ditepis oleh China.