Pentagon Sebut AS Tidak Perlu Permohonan Maaf dari Rusia Terkait Jatuhnya Drone di Laut Hitam, Pastikan Informasi Sensitif Terlindungi
Juru bicara Pentagon Brigjen Patrick S. Ryder. (Wikimedia Commons/DoD/US Army/Sgt. James K. McCann)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) menyebut negara itu tidak mengharapkan permohonan maaf dari Rusia, terkait jatuhnya drone militer mereka di Laut Hitam yang disebut disebabkan oleh jet tempur Moskow, memastikan mereka akan tetap memberikan dukungan penuh terhadap Ukraina.

Pesawat tak berawak MQ-9 Reaper milik militer AS jatuh di perairan internasional Laut Hitam pada 14 Maret. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut, drone pengintai AS itu terbang dengan transponder yang dimatikan menuju perbatasan Rusia, masuk ke wilayah wilayah udara yang ditetapkan untuk tujuan operasi militer khusus di Ukraina.

Pesawat tak berawak AS kehilangan kendali "akibat manuver yang tiba-tiba" dan jatuh ke air. Sementara, jet tempur Rusia yang berusaha mencegat penyusup tidak menggunakan persenjataan di dalam pesawat dan tidak melakukan kontak dengan UAV tersebut, sebut kementerian.

Versi Negeri Paman Sam, dua jet tempur Su-27 Rusia mencegat drone pengintai MQ-9 di atas Laut Hitam dan melepaskan bahan bakar jet ke arahnya beberapa kali. Washington menyebut salah satu jet tempur itu menghantam baling-baling drone AS dan menyebabkannya jatuh ke Laut Hitam.

"Kami tidak meminta permohonan maaf (Rusia). Sekali lagi, fokus kami adalah menyoroti fakta, seperti yang telah kami nyatakan dengan sangat jelas di depan umum dan secara pribadi, bahwa Amerika Serikat akan terus terbang dan beroperasi di wilayah udara internasional, sesuai dengan hukum internasional," sebut juru bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder, melansir situs resmi Pentagon, Jumat 17 Maret.

"Sekali lagi, fokus kami adalah melaksanakan operasi kami untuk mendukung kepentingan keamanan nasional kami, sekutu kami, dan mitra kami di seluruh dunia. Pada akhirnya, militer Rusia dan pemerintah Rusia bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, dan ketika perilaku itu tidak aman dan tidak profesional, kami akan menyebutnya, seperti yang telah kami lakukan dalam kasus ini," tandasnya.

Ditanyai mengenai adakah kekhawatiran informasi sensitif akan jatuh ke pihak Rusia, usai jatuhnya drone tersebut di Laut Hitam, Brigjen Ryder memastikan Washington sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan, menggaris bawahi laut yang sangat dalam, saat ditanya kemungkinan Rusia menggunakan teknologi maupun mengerahkan penyelam untuk mengambil reruntuhan drone tersebut.

"Kami memiliki indikasi Rusia kemungkinan sedang berusaha memulihkan puing-puing MQ-9. Seperti yang Anda tunjukkan dan seperti yang disorot oleh Jenderal (Mark) Milley (Ketua Kepala Staf Gabungan militer AS), kami menilai sangat tidak mungkin mereka dapat memulihkan sesuatu yang berguna, mengingat beberapa faktor: Satu, faktanya dan saya tidak akan melakukannya perincian, tetapi kami mengambil langkah-langkah untuk melindungi informasi di atas pesawat itu. Kedua, fakta bahwa itu jatuh di air yang sangat dalam. Jadi, Anda tahu, saya akan membiarkannya begitu saja," terangnya.

Ditanya mengenai alasan Washington merilis video insiden di Laut Hitam, Brigjen Ryder mengatakan pihaknya tidak khawatir dengan perilisan itu, menyebutnya penting untuk membagikan gambar tersebut.

"Bukan hal yang aneh bagi kami untuk merilis gambar-gambar insiden yang tidak aman dan tidak profesional. Kami telah melakukannya dalam situasi lain. Dan khususnya dalam kasus ini, mengingat perilaku sembrono dan berbahaya, untuk menunjukkan kepada publik jenis tindakan apa yang telah dilakukan Rusia, kami merasa bahwa penting untuk memberikan gambar ini," paparnya.

Tentu saja, ada beberapa pertimbangan tertentu yang harus kami pertimbangkan ketika berurusan dengan citra, untuk memasukkan klasifikasi, untuk memastikan bahwa kami tidak secara tidak sengaja mengeluarkan informasi sensitif, tetapi dalam kasus ini, kami dapat - untuk mengatasi hal itu dan menyediakannya," sambungnya.

"Amerika Serikat tidak mencari konflik dengan Rusia, kami tidak mencari eskalasi dengan Rusia, dan kami akan terus fokus pada misi utama kami di wilayah Ukraina, yaitu mendukung Ukraina dalam perjuangannya," tegasnya.