Ungkap Kondisi Masyarakat yang Susah Akibat Ekonomi, Ibas Tegaskan Pidato AHY Bukan Isapan Jempol
Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) (Foto: Instagram @Ibasyudhoyono)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menegaskan pidato politik Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Istora Senayan kemarin bukan sekedar orasi, namun sesuai dengan kondisi di masyarakat.

Menurut Ibas, AHY telah menyampaikan pokok-pokok pikiran yang dibutuhkan menyikapi kondisi Indonesia saat ini.

''Sebagai contoh, saat Ketua Umum Partai Demokrat menegaskan bahwa rakyat sedang susah, itu bukan isapan jempol. Itu bukan statement yang dibuat-buat untuk mendiskreditkan kerja pemerintah atau menyinggung pihak manapun. Itu memang pernyataan yang didasarkan pada fakta lapangan,'' ujar Ibas dalam keterangannya, Rabu, 15 Maret. 

Sebelumnya, AHY menyinggung soal kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada rakyat miskin atau wong cilik. Dia lantas mengungkap kesusahan masyarakat, dimana ada Ibu Yanti di Sulawesi Tengah yang menjerit karena harga bahan pokok mahal. Di mana beras sekarung 50 kilogram nyaris Rp1 juta yang artinya per kilo Rp20 ribu. 

AHY juga mengaku mendengar keluhan petani di Sumatera hingga Nusa Tenggara soal harga pupuk yang mahal. Dia bilang, anggaran kementerian pertanian minim di mana tahun ini anggarannya hanya Rp15 Triliun. Angka ini, menurutnya, setara dengan alokasi APBN untuk sektor pertanian tahun 2014. Padahal, postur APBN tahun 2023 ini, Rp 700 Triliun lebih banyak dari 2014.

Ibas memastikan, AHY tidak mungkin mengarang-ngarang cerita. Sebab sebagai pengurus partai dan anggota DPR, Ibas mengaku juga kerap mendengar keluhan-keluhan itu pada saat mengunjungi dapilnya di Jawa Timur VII. 

Dia pun menegaskan, apa yang disampaikan AHY dalam pidatonya merupakan aspirasi yang kerap ia dengar dari masyarakat. 

''Sekali lagi, itu suara rakyat, dan harus disampaikan. Kita fair, yang baik, kita apresiasi, tapi kalau ada suara seperti keluhan terkait harga-harga, ya harus juga disampaikan meskipun mungkin akan terdengar pahit,'' tegas Ibas.

Ibas juga menggarisbawahi fenomena lain yang berkaitan dengan masalah ekonomi, yakni keluhan nelayan akibat kelangkaan dan mahalnya harga bahan bakar solar. Keluhan ini, kata dia, bahkan terasa di kalangan nelayan di Maluku, Papua, dan Indonesia bagian timur lainnya.

''Jangan lupa, ketua juga menyampaikan bahwa banyak pelaku UMKM masih kesulitan bangkit dari keterpurukan pascapandemi. Khususnya, untuk mendapatkan akses dan bantuan modal usaha. Ini tentu informasi yang baik ya, bahan evaluasi, harus diperhatikan,'' kata Ibas.

Selain masalah yang disebutkan AHY, Ibas juga menilai perlu ada penyelesaian terkait dengan pendidikan. Di mana kata dia, masih banyak honorer mengeluhkan nasibnya yang tak kunjung jelas di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Persoalannya, honor rendah dan tak pasti, sementara impian jadi ASN juga makin tak jelas.

''Soal generasi muda juga saya kira poin yang perlu diperhatikan secara seksama. Demokrat, dalam hal ini, sudah sering menyampailkan bahwa dari berbagai dialog kami dengan generasi muda, isu lapangan kerja sangat sering menyeruak," jelas Ibas. 

"Sementara di sisi lain, di zaman digital ini, ketimpangan akses digital antara masyarakat desa dan kota masih cukup besar,'' tambahnya. 

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan tiga hal dalam pidato politiknya di lapangan tenis indoor Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Maret. 

AHY lebih banyak menyampaikan kritikan terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan program Presiden Joko Widodo. Seperti program food estate hingga UU Cipta Kerja.

AHY juga menyinggung soal kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada rakyat miskin hingga masalah pajak. 

Terkait isu politik, AHY membahas putusan PN Jakarta Pusat yang meminta tahapan pemilu dihentikan dikaitkan dengan wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Serta, dibahas juga masalah gugatan sistem pemilu proporsional terbuka di Mahkamah Konstitusi.