Tentara Israel Siap Invasi Rafah dalam 72 Jam
FOTO ILUSTRASI/IDF via Instagram @idf

Bagikan:

JAKARTA  - Media Israel mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan tentara Israel siap menginvasi Rafah di Jalur Gaza selatan dalam waktu 72 jam jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai.

Situs berita Israel Ynet melaporkan Kepala Staf militer Israel Herzi Halevi membenarkan rencana final serangan militer ke Rafah dengan rencana memindahkan warga sipil menuju wilayah di Jalur Gaza tengah.

Situs itu mengutip sumber tanpa menyebutkan nama, menjelaskan tank-tank tentara Israel dan pasukan telah bersiap di perbatasan Gaza, dan siap menunggu lampu hijau untuk menyerang.

Situs itu menambahkan dalam 48 hingga 72 jam ke depan adalah waktu yang sangat penting dalam mencapai kesepakatan dengan kelompok Hamas atau memulai serangan terhadap Rafah.

Pada Senin, media Israel mengatakan delegasi Israel dijadwalkan menuju Mesir untuk bertemu dengan pejabat keamanan Mesir sebagai upaya mencapai gencatan senjata di Gaza.

Mesir juga telah membenarkan pada Senin, 29 April mengenai usulan baru untuk gencatan senjata di Jalur Gaza yang diblokade.

“Ada usulan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Arab Saudi dilansir ANTARA dari Anadolu, Selasa, 30 April.

Mesir menjadi tuan rumah perundingan ekstensif dengan delegasi Israel dan Hamas yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Gaza.

 

Rafah merupakan kawasan terakhir di wilayah kantung di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukannya untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.

Hamas diperkirakan menyandera dari 130 warga Israel, sementara Tel Aviv menahan 9.100 warga Palestina di penjara-penjara mereka.

Hamas menuntut diakhirinya serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan penarikan pasukan Israel dari wilayahnya sebagai imbalan pertukaran sandera-tahanan dengan Tel Aviv.

Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.