JAKARTA - Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI AD Mayor Jenderal Yanuar Adil menyoroti isu yang dihadapi oleh kavaleri Indonesia yakni pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan peralatan tempur. Seperti tank Leopard 2RI yang terkendala minimnya alokasi anggaran.
“Kalau kita sekarang pesan suku cadang di NATO, Jerman, itu mungkin sudah habis. Saya mohon mungkin ke depan anggaran pertahanan terkait dengan harwat (pemeliharaan dan perawatan) ini segera dilaksanakan,” ucap Mayjen Yanuar Adil dalam keterangannya di Jakarta, Antara, Jumat, 24 Februari.
Selain terkendala minimnya anggaran pemeliharaan dan perawatan, Yanuar juga mengatakan bahwa kondisi tersebut diperburuk oleh perang antara Rusia dengan Ukraina.
Meskipun demikian, ada pembelajaran yang dapat diambil dari perang Rusia-Ukraina oleh satuan kavaleri TNI AD guna meningkatkan kapasitas strategi pertahanan darat Indonesia.
Pertama, penyesuaian doktrin kavaleri dan satuan kesenjataan lain yang didukung dengan latihan terintegrasi.
“Kedua, penyesuaian organisasi dan gelar satuan kavaleri serta peningkatan kualitas SDM prajurit kavaleri,” ucapnya.
Selanjutnya adalah modernisasi kendaraan tempur berupa meriam otomatis ataupun penyertaan drone.
Sementara itu, Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Medan TNI AD Mayjen Yudhy Chandra Jaya menekankan tiga hal yang dapat dipelajari dari perang Rusia-Ukraina, yakni sistem artileri, doktrin, dan penggunaan rudal kendali.
Pada sistem artileri berfokus pada memastikan pasokan dan pengamanan amunisi dan logistik bahan bakar kendaraan tempur.
Ia mengatakan bahwa doktrin harus dikembangkan ke arah adaptif, modern, dan operasional seperti peperangan elektronik dan taktik artileri medan terbaru.
BACA JUGA:
“Terakhir, rudal kendali memainkan peran penting dalam menghalau invasi Rusia serta menciptakan momentum ofensif bagi Ukraina,” kata Yudhy.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Yanuar dan Yudhy dalam dalam Webinar Setahun Perang Rusia-Ukraina: Pembelajaran bagi Strategi Pertahanan Darat Indonesia, Kamis, 23 Februari.