Bagikan:

JAKARTA - Jumlah badak terancam punah yang diburu di Namibia mencapai angka tertinggi sepanjang masa tahun lalu, setelah 87 hewan dibunuh dibandingkan dengan 45 ekor pada tahun 2021, menurut data resmi pemerintah.

Populasi badak Afrika terus berkurang selama beberapa dekade terakhir, saat permintaan cula badak, yang, meskipun terbuat dari bahan yang sama dengan rambut dan kuku badak, dihargai di Asia Timur untuk obat dan perhiasan.

Bulan lalu, juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pariwisata Romeo Muyunda mengatakan, pemburu membunuh 61 badak hitam dan 26 badak putih terutama di taman terbesar Namibia, Etosha, tempat 46 badak ditemukan mati.

"Kami mencatat dengan keprihatinan serius bahwa taman andalan kami, Taman Nasional Etosha, adalah hotspot perburuan liar," kata Muyunda, seperti melansir Al Jazeera 31 Januari.

Kementerian dan pejabat penegak hukum telah meningkatkan upaya melawan kejahatan satwa liar di taman tersebut, untuk mengekang perburuan liar, tambahnya.

Negara di selatan Afrika ini adalah satu-satunya rumah bagi badak hitam untuk bebas berkeliaran yang tersisa di dunia, juga menyumbang sepertiga dari badak hitam yang tersisa di dunia.

Selain itu, Namibia juga merupakan rumah bagi populasi badak putih terbesar kedua di dunia setelah Afrika Selatan.

Diketahui, perburuan badak telah menjangkiti selatan Afrika beberapa dekade terakhir, terutama di negara tetangga Afrika Selatan dan Botswana, yang mengarah ke program anti perburuan, termasuk pengawasan ketat dan pemotongan cula, atau pencabutan cula dari badak sebagai cara untuk mencegah perburuan liar.

Save the Rhino Trust memperkirakan ada sekitar 200 badak hitam bebas berkeliaran di Namibia, terutama di timur laut.

Sementara itu, perburuan gajah di Namibia telah menurun selama bertahun-tahun, dari 101 gajah pada tahun 2015 menjadi yang terendah dengan empat ekor gajah yang diburu tahun lalu.