Bagikan:

JAKARTA - Rusia mengatakan ingin mempertahankan perjanjian nuklir terakhirnya yang tersisa dengan Amerika Serikat, meskipun apa yang disebutnya sebagai pendekatan Washington yang merusak terhadap pengendalian senjata.

Amerika Serikat pada Hari Selasa menuduh Rusia melanggar New START Treaty, dengan menolak untuk mengizinkan inspeksi di wilayahnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, penting untuk menjaga setidaknya beberapa "petunjuk" untuk melanjutkan dialog dengan Washington, "tidak peduli seberapa menyedihkan situasinya saat ini".

"Kami menganggap kelanjutan dari perjanjian ini sangat penting," katanya, menggambarkannya sebagai satu-satunya yang tetap "setidaknya layak secara hipotetis," melansir Reuters 1 Februari.

"Jika tidak, kami melihat bahwa Amerika Serikat sebenarnya telah menghancurkan kerangka hukum" untuk pengendalian senjata," lanjutnya.

New START Treaty mulai berlaku pada tahun 2011 dan diperpanjang pada tahun 2021 selama lima tahun lagi. Ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Amerika Serikat dan Rusia, serta pengerahan misil berbasis darat, kapal selam dan pesawat pembom yang dapat meluncurkannya.

Bersama-sama, Rusia dan Amerika Serikat menyumbang sekitar 90 persen dari hulu ledak nuklir dunia. Masa depan New START Treaty menjadi semakin penting, pada saat invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong kedua negara lebih dekat ke konfrontasi langsung daripada kapan pun dalam 60 tahun terakhir.

Diketahui, Moskow pada Agustus menangguhkan kerja sama dengan inspeksi di bawah perjanjian itu, menyalahkan pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh Washington dan sekutunya setelah invasi, tetapi mengatakan masih berkomitmen untuk mematuhi ketentuan perjanjian itu.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan pada Hari Selasa, Rusia memiliki "jalur yang jelas" untuk kembali ke kepatuhan dengan mengizinkan kegiatan inspeksi, dan bahwa Washington tetap siap untuk bekerja dengan Rusia untuk sepenuhnya mengimplementasikan perjanjian tersebut.

"New START Treaty tetap menjadi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat," terang juru bicara itu.

Pembicaraan untuk melanjutkan inspeksi dijadwalkan berlangsung pada bulan November di Mesir, tetapi Rusia menundanya dan belum ada pihak yang menetapkan tanggal baru. Moskow menuduh Washington menolak untuk membahas agenda "stabilitas strategis" yang lebih luas.