Sebut Rusia Langgar Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir, Amerika Serikat: Tidak Izinkan Inspeksi
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev saat penandatanganan New START Treaty di Praha, Republik Ceko. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat pada Hari Selasa menuduh Rusia melanggar New START Treaty, pilar utama terakhir dari kontrol senjata nuklir pasca-Perang Dingin antara kedua negara, mengatakan Moskow menolak untuk mengizinkan kegiatan inspeksi di wilayahnya.

Perjanjian itu mulai berlaku pada tahun 2011 dan diperpanjang pada tahun 2021 selama lima tahun lagi. Ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Amerika Serikat dan Rusia, serta pengerahan misil berbasis darat, kapal selam dan pesawat pembom yang dapat meluncurkannya.

Kedua negara, yang selama Perang Dingin dibatasi oleh perjanjian kontrol senjata yang kusut, masih menyumbang sekitar 90 persen dari hulu ledak nuklir dunia.

Washington sangat ingin mempertahankan perjanjian itu, tetapi hubungan dengan Moskow adalah yang terburuk dalam beberapa dekade seiring invasi Rusia ke Ukraina, yang dapat mempersulit upaya Pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mempertahankan dan mencapai kesepakatan lanjutan.

"Penolakan Rusia untuk memfasilitasi kegiatan inspeksi, mencegah Amerika Serikat menggunakan hak-hak penting berdasarkan perjanjian dan mengancam kelangsungan kontrol senjata nuklir AS-Rusia," tulis juru bicara Departemen Luar Negeri dalam komentar email, melansir Reuters 1 Februari.

Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov dikutip oleh kantor berita Interfax mengatakan, "kontrol senjata tidak dapat dipisahkan dari realitas geopolitik" dan Rusia menganggap tidak pantas untuk mengundang militer AS ke fasilitas strategisnya saat ini.

penandatanganan perjanjian kontrol senjata nuklir
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev saat penandatanganan New START Treaty di Praha, Republik Ceko. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru)

Kendati demikian, Antonov mengatakan Rusia akan tetap berpegang pada syarat dan batasan New START lainnya.

Sementara itu, pemimpin komite keamanan nasional di Senat AS mengatakan, kegagalan Moskow untuk mematuhinya akan memengaruhi pakta senjata di masa depan.

"Tetapi untuk menjadi sangat jelas, kepatuhan terhadap kewajiban New START Treaty akan sangat penting, untuk pertimbangan Senat tentang perjanjian pengendalian senjata strategis di masa depan dengan Moskow," ujar Senator Demokrat Bob Menendez, Jack Reed dan Mark Warner dalam sebuah pernyataan.

Diketahui, Menendez mengepalai Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Reed panel Angkatan Bersenjata Senat dan Warner Komite Intelijen Senat.

Diketahui, Moskow pada Agustus menangguhkan kerja sama dengan inspeksi di bawah perjanjian itu, menyalahkan pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh Washington dan sekutunya, setelah pasukan Rusia menginvasi negara tetangga Ukraina pada Februari tahun lalu, tetapi mengatakan masih berkomitmen untuk mematuhi ketentuan perjanjian itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan, Rusia memiliki "jalur yang jelas" untuk kembali ke kepatuhan dengan mengizinkan kegiatan inspeksi, sementara Washington tetap siap untuk bekerja dengan Rusia untuk sepenuhnya mengimplementasikan perjanjian tersebut.

"New START Treaty tetap menjadi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat," ujar juru bicara itu.

Semula, pembicaraan antara Moskow dan Washington tentang melanjutkan inspeksi di bawah START Baru dijadwalkan berlangsung pada Bulan November di Mesir, tetapi Rusia menundanya dan tidak ada pihak yang menetapkan tanggal baru.

Pada Hari Senin, Rusia mengatakan kepada Amerika Serikat, perjanjian itu dapat berakhir pada tahun 2026 tanpa penggantian, karena Washington dinilai berusaha untuk menimbulkan "kekalahan strategis" pada Moskow di Ukraina.

Ditanya apakah Moskow dapat membayangkan tidak ada perjanjian pengendalian senjata nuklir setelah 2026, Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita negara RIA: "Ini adalah skenario yang sangat mungkin terjadi."