220 Atlet dan Pelatih Ukraina Tewas Akibat Perang, Presiden Zelensky: Olimpiade Harus Dilindungi dari Politisasi Olahraga Rusia
Ilustrasi Olimpiade Paris 2024. (Wikimedia Commons/Chabe01)

Bagikan:

JAKARTA - Ukraina berharap mendapatkan dukungan internasional yang luas untuk melarang atlet Rusia dan Belarusia dari Olimpiade Paris 2024, karena invasi Moskow tahun lalu.

Menteri Olahraga Vadym Huttsait (51) yang juga mantan juara anggar Olimpiade mengatakan, gagasan mengizinkan atlet Rusia dan Belarusia bertanding sebagai atlet netral tidak dapat diterima.

"Tidak mungkin bagi kami pada saat perang skala penuh sedang berlangsung, ketika para atlet kami, tentara kami membela tanah air kami," katanya di kantornya di Kyiv, melansir Reuters 1 Februari.

Pekan lalu Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan terbuka untuk memasukkan atlet Rusia dan Belarusia sebagai netral di Olimpiade dan membuka pintu bagi mereka untuk bersaing di kualifikasi, mendorong kampanye internasional oleh Kyiv untuk mencegah mereka.

Moskow mengatakan pada Hari Selasa, pihaknya akan menyambut setiap langkah IOC untuk memungkinkan para atletnya berkompetisi di Olimpiade.

Tetapi, beberapa jam kemudian IOC mengatakan pihaknya mendukung sanksi yang dijatuhkan terhadap negara-negara tersebut atas invasi Rusia.

"Sanksi terhadap negara dan pemerintah Rusia serta Belarusia tidak dapat dinegosiasikan. Mereka telah dikonfirmasi dengan suara bulat oleh pertemuan KTT Olimpiade baru-baru ini pada 9 Desember 2022," cuit IOC.

Sedikitnya 220 atlet dan pelatih Ukraina tewas dalam perang itu, kata Huttsait, yang memenangkan medali emas tim anggar Olimpiade pada 1992 untuk Unified Team yang terdiri dari 12 dari 15 bekas Republik Soviet. Dia juga melatih tim pemenang Ukraina di Olimpiade 2008.

"Ukraina akan bersatu dengan banyak negara ... dan itu (Rusia yang berkompetisi) tidak akan diizinkan," tambahnya, dengan mengatakan 40 negara telah memberi atlet Ukraina bantuan perumahan dan pelatihan di luar negeri selama perang.

Pekan lalu, IOC mengatakan Dewan Olimpiade Asia telah menawarkan atlet Rusia dan Belarusia kesempatan untuk berkompetisi di Asia, mungkin diizinkan mendapatkan slot untuk Paris 2024 melalui sistem kualifikasi Asia.

Jika itu terjadi, otoritas olahraga dan atlet Ukraina akan menghadapi "keputusan yang sangat sulit" apakah akan memboikot Paris, kata Huttsait.

"Ketika kami kehilangan begitu banyak orang, begitu banyak atlet, nyawa warga Ukraina lebih penting bagi kami daripada medali apa pun di kompetisi internasional," tegasnya.

Sementara itu, Presiden Zelensky dalam pidato malamnya beberapa hari terakhir juga menyebut permasalahan ini.

Dia telah menulis surat kepada Presiden Emmanuel Macron dari Prancis, negara tuan rumah Olimpiade. Dan dia telah mengangkat masalah ini dengan pemimpin Denmark dan presiden terpilih Republik Ceko. Pada Hari Selasa, dia mengajukan permohonan dukungan kepada Perdana Menteri Justin Trudeau dari Kanada dan Perdana Menteri Alexander De Croo dari Belgia.

"Olimpiade dan kegiatan olahraga internasional secara umum harus dilindungi dari upaya Rusia yang biasa mempolitisasi olahraga," sebut Presiden Zelensky dalam pidato malamnya, mengutip The New York Times.

"Politisasi olahraga Rusia pasti akan berarti pembenaran teror. Ini tidak boleh dibiarkan," tegasnya.

Diketahui, tim Olimpiade Rusia sebelumnya telah menghadapi pembatasan setelah ditemukan melanggar peraturan anti-doping, dan berkompetisi di bawah bendera netral pada Olimpiade Musim Dingin tahun lalu di Beijing.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, banyak badan olahraga telah menangguhkan tim atau atlet Rusia sebagai protes, dengan IOC merekomendasikan acara di Rusia dibatalkan, dengan atlet Rusia dan Belarusia berkompetisi di bawah bendera netral.