Bagikan:

YOGYAKARTA - Nama Yusril Ihza Mahendra menjadi sorotan publik setelah didukung oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi capres maupun cawapres 2024. Dukungan Jokowi kepada Ketua Umum (Ketum) Partai Bulan Bintang (PBB) tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional PBB di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Banyak orang yang penasaran dengan profil Yusril Ihza Mahendra. Yusril memiliki pengalaman yang sangat panjang dan kompeten di dunia perpolitikan tanah air sehingga dinilai cocok untuk maju dalam Pilpres 2024. 

Profil Yusril Ihza Mahendra

Yusril dilahirkan di Bangka Belitung pada 5 Februari 1956. Ia merupakan anak dari pasangan Idris Haji Zainal Abidin dan Nursiha Sandon. Keluarga dari ayahnya berasal dari Johor, Malaysia. Kakek buyutnya yang bernama Haji Thaib merupakan seorang bangsawan Kesultanan Johor. Keluarga dari pihak ayahnya menetap di Belitung sejak awal abad ke-19.

Sementara ibunya berasal dari Aie Tabik, Payakumbuh, Sumatera Barat. Neneknya dari pihak ibu, pada abad ke-19, pergi merantau dari Minangkabau dan menetap di Belitung. Kakeknya merupakan seorang sutradara teater tradisional. 

Yuzril tumbuh menjadi pribadi yang meneruskan tradisi cendekiawan Melayu dari keluarganya, mulai dari agama, filsafat, hukum, seni, hingga kesusastraan. 

Yusril Ihza Mahendra sudah aktif berorganisasi sejak di bangsung sekolah menengah pertama (SMP). Saat di SMP, ia terpilih menjadi ketua OSIS. Begitupun ketika ia di jenjang sekolah menengah atas (SMA). 

Setelah lulus SMA, Yusril melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Selain hukum, ia juga menekuni Ilmu Filsafat di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 

Yusril kemudian melanjutkan pendidikan magister di University of The Punjab, Pakistan tahun 1985. Ia juga mengambil gelar Doktor Ilmu Politik di Universitas Sains Malaysia pada 1993. Selain itu, Yusril juga sempat satu tahun belajar di Akademi Teater di Taman Ismail Marzuki. 

Karier Yusril Ihza Mahendra

Yusril Ihza Mahendra memulai kariernya menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia mengajar mata kuliah Studia Islamica, Hukum Tata Negara, Perbandingan Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum, dan Filsafat hukum. Yusril diangkat menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara pada tahun 1998. 

Yusril sudah terlibat aktif dalam dunia organisasi sejak masih belia. Ketika masih kelas 1 SMP, Yusril menjadi Sekretaris KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) Rayon Belitung Timur. Di masa SMP dan SMA, Yusril juga pernah ikut dalam organisasi Pemuda Muslimin Indonesia. Saat masa kuliah, Yusril pernah menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum UI dan menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI. Selain itu, ia menjadi mahasiswa yang aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Yusril di Masa Orde Baru

Sebelum masuk ke dunia akademik, Yusril bahkan sudah dekat dengan birokrasi pemerintahan pada masa rezim orde baru. Pada tahun 1976, Yusril dipanggil untuk bekerja di Sekretariat Negara yang dipimpin oleh Moerdiono sebagai Menteri Sekretaris Negara. Yusril mendapat tugas untuk menyiapkan naskah-naskah Kepresidenan, mulai dari surat-surat hingga draf pidato Presiden Soeharto. Di masa pemerintahan Soeharto hingga tahun 1998, Yusril sudah menulis sebanyak lebih dari 300 naskah pidato. 

Yusril bersama para reformis mendirikan partai politik yaitu Partai Bulan Bintang (PBB). Partai ini disebut sebagai penerus perjuangan Partai Masyumi pada era Soekarno. Yusril menduduki jabatan sebagai Ketum PBB dari tahun 1998 sampai 2005. 

Yusril Hampir Menjadi Presiden

Yusril pernah maju sebagai calon presiden saat pilpres dilakukan di Sidang MPR RI, Oktober 1999. Yusril mendapat perolehan 232 suara. Sementara Megawati mendapat mengumpulkan sebanyak 305 suara dan Abdurrahman Wahid sebanyak 185. Sebenaranya Yusril pada waktu memiliki peluang besar untuk naik sebagai presiden menggantikan BJ Habibie. 

Namun koalisi Poros Tengah mengusung Abdurrahman Wahid yang dibawa oleh PKB untuk diadu dengan Megawati. Hasilnya di putaran kedua, Gusdur mampu mengalahkan Megawati karena memperoleh suara terbanyak. 

Karier Yusril sebagai Menteri

Pasca reformasi, karier Yusril tetap moncer. Yusril pernah beberapa kali menjadi menteri di pemerintahan presiden yang berbeda. Pada masa kepemimpinan Gusdur (1999-2001), Yusril menjadi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Di masa pemerintahan Megawati (2001-2004), ia diangkat menjadi Menteri Hukum dan HAM. Pada era Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2007), ia dipilih menjadi Menteri Sekretaris Negara. 

Demikian profil Yusril Ihza Mahendra dan perjalanan kariernya. Selain aktif di kancah politik, usril juga rutin menulis buku, jurnal, dan kolom di berbagai media massa. Ia banyak menuliskan seputar masalah hukum tata negara, agama, filsafat, dan politik. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.