Pengamat Sebut 2 Menteri NasDem Tak Punya Catatan Kerja yang Baik, Siapa?
Ilustrasi-Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Dedi Kurnia Syah, mengatakan reshuffle kabinet yang bakal dilakukan Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat memang akan dinilai politis, apabila menteri yang dicopot berasal dari Partai NasDem. Meskipun presiden berdalih perombakan kabinet berdasarkan pertimbangan evaluasi kinerja. 

"Meski akan ada dalih soal performansi, tetapi dari sisi politik publik akan lihat jika reshuffle bukan karena faktor kinerja," ujar Dedi di Jakarta, Jumat, 6 Januari. 

Namun, menurut Dedi, dari tiga menteri NasDem yang ada di kabinet, dua diantaranya memang terkesan tak punya catatan kinerja yang baik dan cenderung tak ada suaranya belakangan ini. Yakni Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. 

"Dari tiga menteri NasDem, dua di antara memang terkesan tidak miliki catatan kerja yang baik, yakni Mentan dan Menteri LHK," ungkapnya.

Kendati demikian, direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) itu menilai, Jokowi pasti akan melakukan perombakan kabinet karena ada faktor kekecewaan terhadap NasDem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024.

"Reshuffle sangat mungkin karena faktor kekecewaan Jokowi pada NasDem," katanya. 

Terlebih, akhir-akhir ini hubungan Jokowi dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh terlihat kurang harmonis. Di mana Jokowi tak hadir dalam HUT NasDem, dan Surya absen di acara pernikahan Kaesang Pangarep. 

"Ini terlihat di banyak kesempatan bagaimana Jokowi tunjukkan disharmoni dengan NasDem sejak deklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Untuk itu, reshuffle bisa saja untuk amputasi NasDem di kabinet," kata Dedi. 

Sebelumnya, Presiden Jokowi diisukan akan melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat ini. Isu tersebut sudah mencuat sejak akhir Desember tahun lalu.

Berulangkali, Jokowi pun telah menjawab kemungkinan isu reshuffle kabinet itu. Namun, jawaban kepala negara selalu santai.

"Bisa Jumat, bisa Senin, bisa Selasa, bisa Rabu," kata Jokowi.