Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah China mengkritik Taiwan pada Hari Rabu, karena berusaha menggunakan rakyat Taiwan sebagai 'umpan meriam' dengan memperpanjang wajib militer dari empat bulan menjadi satu tahun mulai 2024.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan perpanjangan wajib militer pada Hari Selasa, mengutip meningkatnya ancaman yang dihadapi pulau itu dari China.

Sementara, China menganggap Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya.

Menanggapi pertanyaan tentang keputusan Taiwan untuk memperpanjang masa dinas wajib militer, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, "berjuang untuk tugas besar mencapai reunifikasi nasional sangat signifikan, mati untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan sama sekali tidak berharga".

"Kami percaya warga Taiwan sangat berprinsip, mereka tidak akan dijadikan umpan meriam oleh pasukan separatis kemerdekaan Taiwan," kata Wang dalam konferensi pers reguler, dilansir dari Reuters 29 Desember.

China telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan untuk menegaskan klaim kedaulatannya, termasuk hampir setiap hari misi angkatan udara China di dekat pulau itu selama tiga tahun terakhir.

Diberitakan sebelumnya, Taiwan akan memperpanjang wajib militer menjadi satu tahun dari empat bulan mulai 2024, karena meningkatnya ancaman yang dihadapi pulau yang diperintah secara demokratis itu dari tetangga raksasanya, China, kata Presiden Tsai Ing-wen.

Presiden Tsai mengatakan, Taiwan menginginkan perdamaian tetapi harus mampu mempertahankan diri.

"Selama Taiwan cukup kuat, itu akan menjadi rumah demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia dan tidak akan menjadi medan perang," kata Presiden Tsai dalam konferensi pers yang mengumumkan keputusan untuk memperpanjang masa wajib militer, yang digambarkannya sebagai "sangat sulit".

Sistem militer saat ini, termasuk cadangan pelatihan, tidak efisien dan tidak cukup untuk mengatasi ancaman militer China yang meningkat, terutama jika meluncurkan serangan cepat di pulau itu, lanjut Presiden Tsai.

"Taiwan ingin memberi tahu dunia bahwa antara demokrasi dan kediktatoran, kami sangat percaya pada demokrasi. Antara perang dan damai, kami menuntut perdamaian. Mari kita tunjukkan keberanian dan tekad untuk melindungi tanah air kita dan mempertahankan demokrasi," paparnya.

Wajib militer akan menjalani pelatihan yang lebih intensif, termasuk latihan menembak, instruksi tempur yang digunakan oleh pasukan AS dan mengoperasikan senjata yang lebih kuat, termasuk rudal anti-pesawat Stinger dan rudal anti-tank, kata Presiden Tsai.