JAKARTA - Ketua DPP PDIP Said Abdullah menilai pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Solo FX Hadi Rudyatmo di Istana Negara Jakarta tidak terkait dengan isu reshuffle kabinet. Menurutnya, terlalu dini mengaitkan pertemuan pada Senin, 26 Desember itu, dengan masuknya Rudy ke kabinet.
"Kalau beliau berdua bertemu adalah sesuatu yang wajar. Seperti ditegaskan Pak Rudy sendiri bahwa beliau mampir ke Istana karena sedang berada di Jakarta," ujar Said, Selasa, 27 Desember.
Said menilai, keduanya punya kedekatan personal karena selain sesama kader PDIP, Jokowi dan Rudy juga sama-sama pernah memimpin Kota Solo.
"Jadi saya kira sesekali Pak Jokowi juga membutuhkan bincang-bincang ringan, santai, menyegarkan sambil mengingat kisah-kisah masa lalu perjalanan kedua beliau," kata Said.
Oleh karena itu, Ketua Banggar DPR itu menilai wajar, jika Jokowi bertukar pikiran atau pun meminta pandangan Rudi terkait reshuffle kabinet. Hanya saja, kata Said, jika Rudy ditawarkan masuk kabinet maka Jokowi harus berkonsultasi dengan Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Ada atau tidak perubahan komposisi terhadap kader PDIP di kabinet, baik bertambah atau berkurang, saya kira Presiden Jokowi juga akan mengonsultasikan dengan Ibu Ketua Umum," ujarnya.
"Termasuk jika Pak Rudy hendak diminta oleh Pak Jokowi masuk kabinet, saya kira harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Ibu Ketua Umum. Sebab Pak Rudy adalah kader PDI Perjuangan," sambung Said.
BACA JUGA:
Kendati demikian, Said meyakini, Jokowi akan mempertimbangkan kalangan ahli untuk dijadikan menterinya guna melunasi janji-janji pemerintahannya.
"Selain itu, beliau (Jokowi) juga akan mempertimbangkan keberimbangan politik, yang memastikan dukungan kekuatan politik yang memadai di DPR agar kerja-kerja kabinet di sisa dua tahun pemerintahan tetap efektif dan maksimal bekerja," ungkap Said.
"Tunggu saja dan bersabar ketika orkestrasi lagi dirajut oleh Bapak Presiden," tandasnya.